Download Majalah Farmasetika

Mengenal Metode Optimasi Efektivitas Logistik di PBF

Majalah Farmasetika – Manajemen persediaan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk mengelola persediaan. Hal ini diperlukan untuk meminimalkan biaya dengan tanpa mengurangi kepuasan pelanggan. Agar tujuan tersebut dapat dicapai maka diperlukan penentuan investasi persediaan dengan pelayanan agar tetap seimbang (Heizer & Render, 2014).

Untuk mendapatkan manajemen persediaan yang optimal diperlukan pemilihan sistem pengadaan yang tepat, sistem pelacakan yang baik, forecast dari permintaan yang tepat, pengetahuan tentang lead time yang akurat, dan estimasi biaya. Klasifikasi dari sistem pengadaan meliputi metode ABC, EOQ, dan JIT.

  • Metode EOQ

Ada 2 jenis permintaan berdasarkan ketergantungannya terhadap barang jadi. Permintaan pertama merupakan independent demand dimana pengadaan yang dilakukan hanya bergantung pada permintaan pelanggan. Contoh dari jenis permintaan ini adalah obat jadi/finished goods. Sedangkan dependent demand bergantung pada berapa banyak produk yang akan dibuat. Contoh dari jenis permintaan ini adalah bahan baku (raw materials) (Fernando, Berry-Johnson, & Munichiello, 2021).

Salah satu cara mengoptimalkan persediaan adalah dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). EOQ biasanya digunakan untuk dependent demand. Metode ini bertujuan untuk meminimialisir biaya penyimpanan dengan memesan jumlah barang yang optimal (Gitosudarmo, 2002). EOQ dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:

D = jumlah kebutuhan bahan baku dalam satu periode

H = biaya penyimpanan dinyatakan dalam presentase dari persediaan rata-rata

s = biaya setiap kali pesan

Perhitungan EOQ dilakukan berdasarkan beberapa asumsi, yaitu:

  1. Pesanan tidak berubah/konstan
  2. Lead time diketahui dan konstan
  3. Pesanan datang dalam satu waktu
  4. Tidak ada diskon kuantitas
  5. Biaya variable hanya untuk penyimpanan dalam waktu tertentu dan pemesanan
  6. Menghindari kehabisan produk dengan reorder point dan safety stock

(Heizer & Render, 2005).

Berdasarkan asumsi tersebut maka diperlukan perhitungan safety stock untuk mengetahui reorder point. Safety stock dipengaruhi beberapa faktor seperti penggunaan produk rata-rata dan lead time (Ristono, 2009). Penghitungan safety stock dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

SS =

Keterangan:

SS = safety stock

t = jumlah waktu pemakaian (bulan)

SD = standar deviasi

Dimana standar deviasi dihitung menggunakan rumus:

SD = standar deviasi

X = perkiraan kebutuhan

x = rata-rata kebutuhan

n = jumlah data

Reorder point dihitung dengan rumus:

ROP = permintaan per hari x lead time (dalam hari)

(Bachtiar, 2013).

Kelebihan dari metode EOQ adalah selain menentukan jumlah pemesanan yang optimal juga dapat menentukan aspek biaya finansial dan biaya operasional yang mempengaruhi pembuatan keputusan tersebut (Syamsuddin, 2009). Kekurangan dari metode ini adalah karena asumsi bahwa permintaan, harga beli, dan biaya penyimpanan itu konstan akibatnya perubahan permintaan dan diskon pembeliaan tidak diperhitungkan (Fernando, Berry-Johnson, & Munichiello, 2021).

  • Klasifikasi ABC

Klasifikasi ABC dilakukan dengan melakukan pengadaan berdasarkan prioritas. Produk yang dijual dibagi menjadi tiga kategori dimana kategori A paling diprioritaskan dan kategori C paling tidak diprioritaskan (Ravinder & Misra, 2014). Kategori A menggunakan 80% modal dan mengambil 20% dari total inventori, kategori B menggunakan 15% dari modal dan 30% dari total inventori, dan kategori C menggunakan 5% modal dan 50% dari total inventori (Guslan & Saputra, 2020).

Baca :  Pentingnya Peran Apoteker dalam Pemetaan Suhu Penyimpanan Obat di PBF

Sistem ini memiliki kelebihan karena dapat memaksimalkan investasi pada persediaan yang memiliki cost-benefit paling tinggi dan meningkatkan produktifitas serta efisiensi fungsi produksi (Wahyuni, 2015). Namun sistem ini memiliki kelemahan karena membutuhkan tingkat analisis dalam pembuatan keputusan yang akurat.

  • JIT

JIT (Just in Time) merupakan aktivitas terintegrasi untuk mendapatkan volume produksi yang tinggi dengan meminimalkan penggunaan inventori. Berdasarkan sistem ini, pembelian hanya dilakukan untuk produk yang diperlukan dan pada waktu yang dibutuhkan. Prinsip dasar yang digunakan pada sistem ini meliputi:

  1. Seek a produce to order production schedule
  2. Seek unitary production
  3. Seek eliminate waste
  4. Seek continuous product flow improvement
  5. Seek product quality perfection
  6. Respect people
  7. Seek to eliminate contingencies
  8. Maintain long term emphasis

(Tjahjadi, 2001).

Pada sistem ini diperlukan hubungan kerjasama yang baik dengan karakteristik:

  1. Kontrak jangka panjang
  2. Meningkatnya akurasi administrasi pesanan
  3. Meningkatnya kualitas
  4. Fleksibilitas pesanan
  5. Pengiriman jumlah kecil frekuensi sering
  6. Perbaikan kontinyu dalam bekerjasama

Selain sistem pengadaan yang baik diperlukan juga peramalan yang tepat. Ada beberapa metode forecasting yang dapat digunakan meliputi kualitatif, causal relationship, dan analisis berdasarkan waktu.

  • Kualitatif

Peramalan dengan metode ini menggunakan kemampuan para ahli dalam memprediksi pembelian selanjutnya. Salah satu model yang popular digunakan adalah Delphi Method dimana kuesioner disebarkan kepada beberapa ahli dan kemudian ada moderator yang membacakan hasilnya secara anonim. Setelah itu, para ahli dapat memikirkan kembali tentang jawabannya dan dapat mengubahnya (Vaziri, 2018).

  • Causal relationship

Jenis forecasting ini menggunakan analisis selain waktu untuk meramalkan tren barang yang akan laku. Contohnya pada musim hujan, banyak orang yang terkena flu. Maka dari itu ada kemungkinan lebih tinggi untuk obat flu menjadi lebih laku.

Pada dasarnya metode ini menghubungkan antara variable dependent dan independent dimana variable independent dapat mempengaruhi penjualan. Hal ini dapat diprediksi dengan menggunakan regresi linear. Keuntungan dari metode ini adalah didapatkannya forecasting yang akurat dan bahkan dapat mengetahui harga jual yang dapat diberikan ke konsumen. Namun, terdapat keterbatasan dimana metode ini hanya dapat digunakan jika korelasi antara variable independent dan dependent itu kuat (Davis, 2012).

  • Time Series Analysis

Pada metode ini digunakan peramalan berdasarkan permintaan sebelumnya. Dalam menentukan ramalan, tren dan waktu dapat dijadikan bahan pertimbangan juga. Selain itu, noise juga harus dimasukkan dalam pertimbangan untuk mendapatkan hasil yang akurat. Penggunaan metode Socratic juga sangat penting untuk mengetahui poin-poin spesifik yang ingin didapatkan melalui forecasting ini. Contoh pertanyaan yang dapat diajukan adalah:

  • Berapa banyak data yang dimiliki?
  • Seberapa panjang waktu yang akan digunakan untuk prediksi?
  • Apakab prediksi bisa terus diperbaharui?
Baca :  Mengenal Sistem Informasi Obat Dengan Izin Edar (SIODIE) dari BPOM

Kelebihan dari metode ini adalah dapat diketahuinya prediksi menggunakan masalah secara real time sehingga mengurangi asumsi dan error yang merugikan. Namun, metode ini juga memerlukan cleaning, scaling, dan transformation secara berkala untuk memastikan keakuratannya (Browniee, 2016).

Selain poin-poin yang telah disebutkan diatas penelusuran penggunaan persediaan juga penting untuk dilakukan. Untuk penelusuran dapat menggunakan metode fisik ataupun dengan teknologi seperti bar-coding dan point of sale.

Sumber

Bachtiar, A. (2013). INVENTORY CONTROL INDIRECT MATERIAL: EOQ MODEL, EFEKTIVITAS PRODUKSI. Ekombis Review, 103-113.

Browniee, J. (2016). What is Time Series Forecasting? Retrieved November 21st, 2021, from Machine Learning Mastery: https://machinelearningmastery.com/time-series-forecasting/

Davis, J. (2012). Measuring Marketing (110+ Key Metrics Every Marketer Needs). Causal Forecast 10.

Fernando, J., Berry-Johnson, J., & Munichiello, K. (2021). Economic Quantitiy Order (EOQ). Retrieved November 17th, 2021, from Investopedia: https://www.investopedia.com/terms/e/economicorderquantity.asp

Gitosudarmo, I. (2002). Manajemen Keuangan Ed 4. Yogyakarta: BPFE.

Guslan, & Saputra. (2020). Analisis Pengendalian Inventori dengan Klasifikasi ABC dan EOQ pada PT Nissan Motor Distributor Indonesia. Jurnal Logistik Bisnis.

Heizer, & Render. (2014). Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat.

Heizer, J., & Render, B. (2005). Manajemen Operasi Ed 7. Jakarta: Salemba Empat.

Ravinder, H., & Misra, R. (2014). ABC Analysis for Inventory Management: Bridgin the Gap Between Research and Classroom. American Journal of Business Education, 7(3), 257-64.

Ristono, A. (2009). Manajemen Persediaan Ed 1. Yogyakarta: Graham Ilmu.

Syamsuddin. (2009). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tjahjadi. (2001). JIT Production Systems:Pengaruhnya terhadap Kinerja Produktivitas. JIT Purchasing.

Vaziri, A. (2018). Business Flow Property. Los Angeles: CSUN.

Wahyuni, T. (2015). Penggunaan Analisis ABC untuk Pengendalian Persediaan Barang Habis Pakai: Studi Kasus di Program Vokasi UI. Jurnal Vokasi Indonesia, 3(2).

Share this:

About Nesqi

Check Also

Peran Penting Apoteker dalam Pelatihan Penerapan CDOB dan CDAKB di PBF

Majalah Farmasetika – Di fasilitas distribusi farmasi, memastikan obat-obatan dan alat kesehatan tetap berkualitas sepanjang …

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.