Majalah Farmasetika (V1N9-November 2016). Selama beberapa dekade terakhir, dokter mengandalkan sejumlah obat dalam terapi Diabetes Tipe 2, termasuk sulfonilurea dan metformin. Namun, dalam 20 tahun terakhir, peningkatan jumlah obat penurun glukosa untuk pengobatan diabetes banyak tersedia.
4 kelas obat diabetes terbaru
- dipeptidyl peptidase-4 inhibitor (DPP4I), contohnya sitagliptin (Januvia)
- natrium glukosa cotransporter-2 inhibitor (SGLT2I), contohnya canagliflozin, dapagliflozin (Forxiga), empagliflozin
- glucagon-like agonis peptide-1 reseptor (GLP1RA), exenatide (Byetta), liraglutide (Victoza), lixisenatide, albiglutide, dulaglutide
- pramlintide yang menawarkan keuntungan dari aksi mekanisme baru.
FDA telah menyetujui lebih dari 20 obat baru dari kelas ini, dan termasuk produk kombinasi dosis tetap. Obat-obat yang ada merk-nya diatas menandakan telah hadir di Indonesia, hanya obat golongan pramlintide yang belum hadir di Indonesia.
Skema sederhana untuk membantu konseling apoteker
Sebuah artikel di Journal of the Pakistani Medical Association menyajikan skema sederhana yang dapat membantu apoteker mengedukasi pasien, mahasiswa, dan profesional bagaimana obat diabetes ini bertindak.
Artikel yang tersedia online dan gratis ini menyediakan grafik yang membagi obat menjadi 3 kelompok:
- Secretagogues Insulin, langsung (sulfonilurea dan meglitinides) dan tidak langsung (GLP1RA dan DPP4i)
- Sensitizer Insulin, langsung (metformin dan pioglitazone) dan tidak langsung (pramlintide dan bromocriptine)
- Nutrient-load reducer, inhibitor penyerapan (inhibitor alpha-glucosidase, colesevelam dan orlistat) dan enhancer ekskresi (SGLT2i)
Memahami bahwa obat-obat ini bekerja dengan cara yang berbeda dapat membantu dokter dan pasien menerima penggunaan lebih dari 1 obat untuk mengatasi suatu tingkat hemoglobin terglikasi (A1C) yang tinggi dan mendorong penggunaan obat rasional dengan menyarankan bagaimana dokter bisa meresepkan kombinasi sinergis berdasarkan mekanisme kerjanya.
Tabel mengklasifikasikan obat sesuai mekanisme aksi dan manfaat klinis
Tabel mengklasifikasikan obat untuk membantu mengklarifikasi apakah mereka memiliki efek klinis yang sama berdasarkan mekanisme mereka.
Meskipun sebagian besar obat dalam kelas ini adalah pleiotropic (tindakan pada beberapa sistem) dan memiliki beberapa mekanisme aksi, penulis menggunakan mekanisme tindakan utama untuk menempatkan kelas obat di pusat yang ditunjuk.
Tabel yang mudah digunakan ini akan menjadi tambahan bahan konseling, dan apoteker dapat menggunakannya sebagai dasar yang lebih komprehensif dengan mencakup nama obat.
Sumber : http://www.pharmacytimes.com/resource-centers/diabetes/simple-chart-explains-medications-for-diabetes-treatment