Farmasetika.com – Berdasarkan hasil penelitian terbaru, untuk penderita penyakit diabetes melitus tipe 2 komplikasi dengan gagal jantung dapat menggunakan aspirin untuk menurunkan resiko kematian dini atau dirawat di rumah sakit.
Akan tetapi selain memberikan efek yang baik, aspirin juga dapat menjadi obat yang berbahaya jika dikonsumsi terus menerus. Efek samping dari mengkonsumsi aspirin adalah dengan meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke nonfatal. Hal tersebut menjadi sebuah masalah bagi para peneliti saat melihat data yang mengejutkan tersebut (American College of Cardiology, 2018).
Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang berakibat pada pankreas tidak dapat memproduksi insulin dengan cukup atau bisa juga disebut dengan tubuh tidak dapat memproduksi insulin dengan efektif. Insulin merupakan hormon yang bekerja untuk mengatur keseimbangan kadar gula dalam darah, dan berakibat pada terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah atau hiperglikemia (Depkes RI, 2014).
Diabetes melitus terbagi ke dalam dua kategori utama, yaitu ada diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 biasa disebut dengan insulin-dependent atau juvenile/childhoof-onset diabetes, ditandai dengan berkurangnya produksi insulin. Diabetes melitus tipe 2 biasa disebut dengan non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes, yang disebabkan karena tubuh yang kurang efektif dalam penggunaan hormon insulin. Diabetes melitus tipe 2 ini merupakan 90 % yang menderita dari seluruh penderita diabetes. Diabetes gestanasional merupakan peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah atau hiperglikemia yang terdapat pada saat kehamilan. Impaired Glucose Tolerance (IGT) atau Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Glukosa Darah Puasa terganggu dengan IFG atau IGT berisiko tingi dan akan berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2. Dengan adanya penurunan berat badan dan perubahan pola hidup sehat, perkembangan menjadi diabetes dapat dicegah atau dapat ditunda (Depkes RI, 2014).
Diabetes dan komplikasi kardiovaskular
Penderita penyakit diabetes melitus memiliki risiko tinggi terhadap komplikasi kardiovaskular dan kejadian aterotrombosis yang berulang dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit diabetes melitus (Ferreiro, 2011 ). Risiko kematian dikarenakan komplikasi penyakit jantung pada diabetes melitus dapat meningkat sebanyak dua sampai empat kali lipat pada perempuan dan laki-laki (Kraw, 2002).
Aspirin dan kardiovaskular
Aspirin adalah nama lain dari asam asetil salisilat yang memiliki peranan sangat besar dalam bidang farmasi yaitu sebagai obat yang berkhasiat antipiretik dan analgenik. Senyawa aspirin ini tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam, jadi untuk memperolehnya perlu melakukan sintesa. Sintesa adalah reaksi kimia antara dua zat atau lebih untuk membentuk suatu senyawa baru. Sintesis senyawa organik adalah sintesis teknik preparasi senyawa yag dapat dianggap sebagai seni. Salah satu senyawa organik yang dapat disentesis adalah aspirin. Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah turunan dari senyawa asam salisilat yang diperoleh dari simplisia tumbuhan Coretx salicis (Baysinger, dkk, 2004).
Aspirin digunakan bagi mereka yang memiliki indikasi pencegahan primer dan sekunder terhadap penyakit kardiovaskular (Simpson,2010). Aspirin menghambat sintesis tromboksan oleh siklooksigenase trombosit dan telah digunakan sebagai pencegahan primer dan sekunder terhadap terjadinya kejadian kardiovaskular pada orang dengan diabetes (Mehta, 2008).
Setelah menggunakan aspirin dapat meningkatkan jumlah trombosit jika menggunakan aspirin pada dosis tertentu (Erhart, dkk, 1999). Penggunaan obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) termasuk aspirin dapat menurunkan jumlah trombosit (Mehta, 2008).
Telah tercatat di negara Amerika Serikat, sekitar 27 juta orang terserang penyakit diabetes melitus tipe 2 dan 6,5 juta orang dewasa mengalami gagal jantung, yaitu suatu kondisi di mana jantung menjadi lemah untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Masing-masing kondisi dikaitkan dengan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke. Penelitian ini berfokus pada potensi risiko serta manfaat dari aspirin apabila dikonsumsi oleh orang-orang yang memiliki kedua kondisi tersebut (American College of Cardiology, 2018).
Gagal jantung
Gagal jantung atau istilah lainnya Congestive Heart Failure (CHF) atau Decomp Cordis. Gagal jantung merupakan kondisi patofisiologik dimana jantung yang berperan sebagai pompa tidak dapat memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Lorraine, 1995).
Klasifikasi berbagai sindrom gagal jantung dibuat berdasarkan gambaran umum yang mendominasi sindrom klinis secara keseluruhan. Hal ini bisa membantu menegakkan diagnosis, yaitu :
1. Gagal jantung akut (acut heart failure [AHF])
Secara garis besar sama dengan gagal jantung kiri dan disebabkan oleh kegagalan mempertahankan curah jantung yang terjadi mendadak. Kemungkinan karena infark miokard, disfungsi katup, atau krisis hipertensi. Kejadiannya berlangsung cepat dimana mekanisme kompensasi menjadi tidak efektif, kemudian berkembang menjadi edema paru dan kolaps sirkulasi (syok kardiogenik).
2. Gagal jantung kronis (chronic heart failure [CHF])
Secara garis besar sama dengan gagal jantung kanan. Curah jantung menurun secara bertahap, gejala dan tanda tidak terlalu jelas, dan didominasi oleh gambaran yang menunjukkan mekanisme kompensasi. Biasanya gagal jantung kronis dapat disebabkan oleh hipertensi, penyakit katup, atau paru obstruksi kronis/menahun (Brunner dan Suddart, 2002).
Penelitian terkini terkait aspirin pada pasien diabetes dengan gagal jantunh
CharbelAbi Khalil, MD, PhD, assistant professor of medicine at Weill Cornell Medicine-Qatar and the study’s lead author berkata”Kami terkejut melihat peningkatan paradoks peningkatan serangan jantung dan stroke nonfatal, sejajar dengan penurunan angka kematian,”
Hal tersebut karena mungkin pasien tersebut tinggal lebih lama, mengingat usia rata-rata 70 tahun, mungkin pasien ini cenderung mengalami lebih banyak kejadian kardiak (American College of Cardiology, 2018).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan perdarahan darah otak non traumatik (Mansjoer, dkk, 2000).
Berdasarkan data dari database Inggris yaitu The Health Improvement Network (THIN), peneliti mencatat lebih dari 12.000 pasien penderita diabetes tipe 2 dan gagal jantung tetapi tidak ada riwayat serangan jantung, arteriperifer, stroke, atau atrial fibrilasi yang berusia 55 tahun dan lebih tua, sekitar setengahnya telah diberi resep aspirin untuk dikonsumsi setiap hari dan sisanya tidak (American College of Cardiology, 2018).
Penelitian ini menunjukkan bahwa semua penyebab kematian dan rawat inap untuk gagal jantung dilacak sebagai komposit hasil utama dan semua penyebab kematian, rawat inap untuk gagal jantung, kejadian perdarahan hebat dan serangan jantung atau stroke dilacak sebagai hasil sekunder.
Penderita setiap harinya mengkonsumsi zat yang mengandung aspirin menunjukkan penurunan sebanyak 10 persen pada hasil utama dan peningkatan sebanyak 50 persen serangan jantung atau stroke (American College of Cardiology, 2018).
Akan tetapi, penelitian ini juga menghasilkan sebuah penemuan baru bahwa sebaiknya aspirin tidak diberikan untuk pasien yang memiliki penyakit diabetes melitus dan gagal jantung secara terus menerus.
Sebelumnya, aspirin dianjurkan untuk orang yang menderita serangan jantung maupun stroke. Saat itu aspirin berperan sebagai pengenceran darah. Aspirin diberikan untuk mencegah faktor risiko kardiovaskular dan sangat dianjurkan untuk pasien yang tidak ada riwayat serangan jantung atau stoke.
Studi sebelumnya pada orang-orang yang belum pernah memiliki jenis peristiwa kesehatan tersebut telah menunjukkan bukti yang bertentangan dengan manfaat potensial aspirin pada populasi umum. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa untuk pasien penderita gagal jantung tidak disarankan mengkonsumsi aspirin secara rutin atau setiap hari karena berbahaya bagi penyakit yang dideritanya. (American College of Cardiology, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
American College of Cardiology. 2018. Aspirin lowers risk of early death for patients with diabetes, heart failure. Available at https://www.sciencedaily.com/releases/2018/02/180228085414.htm.[Diaksespada 10 Maret 2018].
Baysinger, Grace, dkk. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Brunner dan Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi kedelapan. Volume 2. Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2014. Infodatin Diabetes. Available at
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-diabetes.pdf. [Diaksespada 10 Maret 2018].
Erhart, Beer JH dan Reinhart WH. 1999. Influence of aspirin on platelet count and humans : Acta haemol.
Ferreiro JL, Angiolillo DJ. 2011. Diabetes and antiplatelet therapy in acute coronary syndrome : Circulation.
Kraw, M. 2002. Antiplatelet therapy in diabetes : Endocrinology.
Lorraine, Wilson. 1995. Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit)Edisi Keempat.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Media Aesculapis FKUI
Mehta, A hoffbrand V. 2008. Hermatologi Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga
Palimbunga, dkk. 2013. Perbandingan Jumlah Trombosit Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Menggunakan Aspirin dan Tidak Menggunakan Aspirin. Jurnal e-Biomedik (Ebm). Volume 1 Nomor 1 : 202-209.
Simpson, SH. 2010. Aspirin use rates in diabetes : a systematicand cross-sectional study. Canadian journal of Diabetes.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi Kedelapan. Jakarta : EGC
Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat – ObatPenting. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Penulis : Mutiara Putri Utami dan Syifa Salsabila