Farmasetika.com – Food and Drug Administration (FDA) menyetujui obat baru untuk diabetes, yakni Ozempic (semaglutide). Obat ini diperuntukkan untuk para penderita DM tipe 2.
Ingin tahu lebih lanjut mengenai obat ini? Yuk, simak artikel berikut.
Apa itu Diabetes Mellitus?
Diabetes melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya (WHO, 2006).
Apakah penyebab DM Tipe 2?
Gangguan sekresi insulin dan resistensi insulin merupakan faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan DM tipe 2. Gangguan sekresi insulin merupakan penurunan respon produksi insulin terhadap adanya glukosa atau lebih dikenal dengan impaired glucose tolerance (IGT).
Jika dalam kondisi lama atau kronik, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel β pancreas sehingga glukosa dalam darah akan tidak terkontrol. Sedangkan, resistensi insulin adalah kondisi dimana insulin di dalam tubuh tidak memberikan aksi yang proporsional terhadap konsentrasinya di dalam darah.
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti genetik dan lingkungan (hiperglikemia, asam lemak bebas, dan inflamasi). Resistensi insulin ini akan menyebabkan tubuh merespon glukosa darah yang tinggi dengan memproduksi insulin secara terus menerus. Namun, insulin ini tidak memberikan aksi sehingga glukosa darah akan tetap tinggi. Dalam jangka panjang/kronik, sel β pankreas akan mengalami gangguan karena memproduksi insulin secara terus menerus. Kerusakan sel β pancreas secara progresif bersifat ireversibel dan menyebabkan glukosa darah yang tidak terkontrol (Kaku, 2010).
Ozempic, Solusi baru untuk penderita D Tipe 2
Ozempic adalah modifikasi analog glucagon-like peptide-1 (GLP-1) yang digunakan untuk mengobati Diabetes Melitus Tipe 2. Ozempic merupakan sediaan yang diberikan secara subkutan satu kali seminggu dengan menggunakan Ozempic Pen (Dhillon, 2018).
Ozempic mempengaruhi kontrol glukosa melalui beberapa mekanisme seperti peningkatan sekresi insulin, memperlambat pengosongan lambung, dan pengurangan glucagon postprandial dan asupan makanan. Ketika makanan masuk, GLP-1 akan merangsang sintesis insulin dengan menstimulasi pulau pankreas, juga memperlambat pengosongan lambung, menghambat pelepasan glucagon pasca makan dan mengurangi asupan makanan pada penderita DM Tipe 2 sehingga kadar gula darah dalam tubuh cenderung lebih stabil.
Selain itu, Ozempic dapat mengurangi berat badan karena kehilangan massa lemak dan melindungi penderita aterosklerosis secara independen melalui efek antiinflamasi (Novo Nordisk, 2017).
Informasi Obat
Dosis awal Ozempic dimulai dengan 0,25 mg sekali seminggu dan setelah 4 minggu pemakaian dosis harus ditingkatkan menjadi 0,5 mg sekali seminggu (Novo Nordisk, 2017).
Ozempic memiliki bioavailabilitasmaksimum sebesar 89%. Konsentrasi obat maksimum dapat tercapai 1-3 hari setelah pemberian obat dan kondisi stabil dapat tercapai setelah 4-5 minggu penggunaan obat. Ozempic 99% akan berikatan dengan plasma albumin dan memiliki clearance 0,05 L/jam dengan waktu paruh eliminasi selama 1 minggu (Novo Nordisk, 2017).
Efek Samping yang ditimbulkan dari penggunaan Ozempic adalah mual, muntah, diare, sakit perut dan sembelit. Penggunaan Ozempic perlu perhatian khusus pada pasien yang pernah menderita gangguan tiroid karena pada uji klinisnya diketahui adanya hiperplasia sel medula tiroid (Dhillon, 2018).
Kelebihan Ozempic dari Analog GLP-1 Lainnya
Apabila dibandingkan dengan obat analog GLP-1 lainnya, Ozempic lebih ampuh menurunkan dan menjaga kadar glukosa darah dikarenakan obat ini bekerja pada seluruh reseptor GLP-1 dalam tubuh. Selain itu, pada uji klinis diketahui bahwa Ozempic dapat menurunkan dan menjaga kadar HbA1c lebih baik dan stabil. Efek penurunan berat badan dari Ozempic dapat dimanfaatkan bagi penderita DM tipe 2 dengan obesitas. Ozempic juga memiliki manfaat lain, yaitu aman dikonsumsi bagi penderita yang memiliki riwayat penyakit jantung dan stroke. Pada uji klinisnya dibuktikan bahwa Ozempic hanya memiliki kemungkinan mortalitas sebesar 26% terhadap penderita DM komplikasi penyakit jantung (Lingvay et al., 2016).
Referensi
Barnett, A. 2012. Type 2 Diabtes 2nd ed. Oxford: Oxford University Press.
Dhillon, S. 2018. Semaglutide: First Global Approval. Drugs. 78(2) : 275-284
European Medicines Agency. 2017. Ozempic (Semaglutide): Opinion. Tersedia secara online di: https://www.ema.europa.eu/en/medicines/human/EPAR/Ozempic [Diakses pada : 1 Desember 2018]
Kaku, K. 2010. Pathophysiology of Type 2 Diabetes and Its Treatment Policy. JMAJ, 53(1):41-46.
Lee, Y. S., & Jun, H. S. 2014. Anti-diabetic actions of Glucagon-like Peptide-1 on Pancreatic beta-cells. Metabolism. 63(1): 9-19.
Lingvay et al. 2016. Efficacy and safety of semaglutide once-weekly vs placebo as add-on to basal insulin alone or in combination with metformin in subjects with type 2 diabetes (SUSTAIN 5). EASD Virtual Meeting. Available online at https://www.easd.org/virtualmeeting/home.html#!resources/efficacy-and-safety-of-semaglutide-once-weekly-vs-placebo-as-add-on-to-basal-insulin-alone-or-in-combination-with-metformin-in-subjects-with-type-2-diabetes-sustain-5 [accesses on December 2nd, 2018].
Novo Nordisk. 2017. Ozempic (Semaglutide) Injection, For Subcutaneous Use: US Prescribing Information. Tersedia secara online di: https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2017/209637lbl.pdf [Diakses pada : 1 Desember 2018].
WHO. 2006. Diabetes Mellitus: Report of a WHO Study Grup. Geneva: World Health Organization.
Penulis : Kelvin Cantona, Yunistya Dwi C., Ajeng Ratna Ningtyas, Pradita Rizki Iriani, Trie Oktaviani, Amelia Putri Pertiwi (Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran)