Majalah Farmasetika – Pada tanggal 12 Mei 2023, Badan Pengawas Obat dan Makanan U.S. (FDA) telah menyetujui Veozah sebagai antagonis reseptor NK3 pertama untuk mengobati salah satu gejala menopause berupa Hot Flashes.
Menopause merupakan perubahan yang normal pada wanita berusia 40-55 tahun dan dikatakan menopause apabila wanita tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Lebih dari 80% wanita mengalami hot flashes selama menopause. Ditandai dengan sensasi panas, berkeringat, muka memerah, cemas, dan menggigil yang berlangsung selama 1-5 menit. Namun hal ini sering diabaikan karena relatif bersifat jinak.
Penanganan Hot Flashes di Indonesia
Menurut Kementrian Kesehatan Indonesia pada tahun 2022, menopause tidak membutuhkan penanganan khusus. Penanganan yang dilakukan hanya bertujuan untuk meredakan gejala. Untuk menangani gejala hot flashes Kemenkes menghimbau untuk menghindari makanan / minuman tertentu, seperti makanan pedas dan minuman panas, berkafein, atau beralkohol yang dapat membuat gejala menopause, seperti hot flashes dan jantung berdebar menjadi lebih parah. Serta mengenakan pakaian tipis berbahan katun. Selain itu dapat pula dilakukan teknik relaksasi seperti meditasi, pengaturan napas dan yoga untuk mengurangi stres dan depresi.
Meskipun sering diabaikan namun banyak wanita yang mencari bantuan kepada layanan kesehatan karena hot flashes merupakan serangkaian (episode) panas yang intens, berkeringat dan flushing (kemerahan pada wajah) yang dikaitkan dengan berkurangnya kualitas hidup, gangguan tidur, mudah tersinggung dan suasana hati yang tertekan. Fisiologis dari hot flashes menunjukkan adanya perubahan thermoregulatory yang juga melibatkan hormon.
Veozah untuk Pengobatan Oral Hot Flashes
Menjawab permasalahan ini pada bulan Mei 2023, FDA menyetujui pengobatan oral untuk mengatasi hot flashes sedang hingga berat. Veozah bekerja dengan cara berikatan atau menghambat aktivitas dari NK3 reseptor yang berperan sebagai pengaturan otak terhadap suhu tubuh dan bukan merupakan hormon, sehingga aman untuk dikonsumsi oleh wanita yang mengalami hot flashes dan juga memiliki riwayat pendarahan vagina, stroke, serangan jantung dan penyakit hati yang tidak bisa menggunakan terapi hormon.
Diharapkan dengan adanya persetujuan FDA, Indonesia dapat memberikan alternatif terapi berupa oral medication bagi pasien dengan keluhan gejala hot flashes sedang hingga parah, sehingga tidak hanya diberikan edukasi mengenai gaya hidup saja untuk meningkat Quality of Life pasien. Hal ini juga dikarenakan hot flashes meningkatkan resiko wanita menopause terkena penyakit kardiovaskular seperti berkurangnya flow-mediated dilation (FMD) dan Aortic Calcification (AC) yang lebih besar.
Uji Klinis Veozah
Persetujuan FDA didasarkan pada serangkaian bukti ilmiah melalui uji klinis fase 3. Efektivitas Veozah untuk mengobati hot flashes sedang hingga parah ditunjukkan dalam masing-masing 12 minggu pertama menggunakan Veozah dan Placebo-terkontrol. Dalam kedua uji coba tersebut, setelah 12 minggu pertama, wanita yang menggunakan Placebo kemudian diacak ulang untuk menggunakan Veozah sebagai studi lanjutan selama 40 minggu untuk mengevaluasi keamanan. Uji coba berlangsung selama 52 minggu dengan rata-rata usia peserta uji coba adalah 54 tahun. Selain itu, sebelum menggunakan Veozah, pasien harus menjalani pemeriksaan darah untuk menguji kerusakan hati dan saat menggunakan Veozah, pemeriksaan darah rutin harus dilakukan setiap tiga bulan selama sembilan bulan pertama penggunaan obat.
Aturan Pakai Veozah
Veozah tersedia dalam bentuk pil dengan dosis 45 mg dan dikonsumsi 1x sehari dengan atau tanpa makanan. Veozah harus dikonsumsi setiap hari pada waktu yang sama. Jika terlewat atau tidak dikonsumsi pada waktu yang sama maka pasien harus segera mengkonsumsinya dan kembali pada jadwal awal di hari berikutnya. Efek samping yang paling umum dari mengkonsumsi Veozah adalah nyeri abdominal, diare, insomnia, back pain, hot flush dan peningkatan transeminase hati, sehingga Veozah dikontraindikasikan dengan pasien yang memiliki riwayat sirosis hati, kerusakan ginjal yang parah atau end stage renal disease.
Pustaka:
- Bansal, R., dan Aggarwal, N. 2019. Menopausal Hot Flashes: A Concise Review. Journal of Mid-Life Health. Vol. 10, No. 1, p. 6-13.
- https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/fda-approves-novel-drug-treat-moderate-severe-hot-flashes-caused-menopause
- https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/475/menopause
- Rebecca, C., Thurston., Sutton-Tyrell, K., Susan., Everson-Rose., Hess, R., Karen., dan Matthews. 2008. Hot Flashes and Subclinical Cardiovascular Disease. Ciculationaha, p. 1234-1240.