Download Majalah Farmasetika

Mengenal Telogen Effluvium, Kerontokan Rambut Pasca Sembuh Covid-19

Majalah Farmasetika – Telogen Effluvium adalah kondisi pelepasan rambut dalam jumlah berlebihan akibat adanya stress pemicu. Kondisi ini sering terjadi dengan onset yang mendadak dan cepat.

Normalnya rambut rontok per hari adalah kurang dari 100 helai. Pada penderita Telogen Effluvium, jumlah rambut rontok bisa mencapai 300 helai per hari. Infeksi Covid-19 berpotensi memicu Telogen Effluvium.

Studi kasus menunjukkan telah terjadi kerontokan rambut yang mengindikasikan Telogen Effluvium pada pasien yang sembuh Covid-19 rentang waktu satu hingga tiga bulan setelah terkena infeksi Covid-19.

Mekanisme rambut rontok

Lama durasi kerontokan rambut berlangsung satu hingga enam bulan. Rambut manusia memilliki keunikan dibanding organ tubuh yang lain karena rambut mengalami siklus pengulangan pertumbuhan. Siklus rambut terdiri tiga tahap yaitu anagen (fase pertumbuhan), katagen (fase transisi) dan telogen (fase istirahat). Lama masa anagen ditentukan secara genetik, kurang lebih antara 2-6 tahun (rata-rata 3 tahun).

Lama fase katagen berlangsung sekitar 2-3 minggu, sedangkan fase telogen berlangsung selama kurang lebih 100 hari. Kelainan pada siklus rambut akan mengakibatkan pelepasan rambut dalam jumlah tidak normal. Pada keadaan normal kurang lebih 85% rambut berada dalam fase anagen, 1% fase katagen dan 10-15% pada fase telogen.

Helai rambut yang rontok dalam kisaran 50-100 helai masih termasuk normal. Telogen effluvium ditandai dengan lepasnya rambut berlebihan karena folikel rambut mengalami pergeseran abnormal pada siklus rambut dari fase anagen {fase pertumbuhan aktif) ke telogen {fase istirahat).

Faktor yang mempengaruhi kerontokan rambut

Faktor yang bisa memicu telogen effluvium diantaranya adalah demam tinggi, mal nutrisi (kekurangan protein, vitamin, zat besi, zinc,biotin), hormonal (contoh setelah melahirkan), stress fisik : penyakit sistemik akut maupun kronik, operasi besar.

COVID-19 memicu kerontokan

Review pada 552 rekam medis pasien yang didiagnosa infeksi Covid-19 dilakukan Henry Ford Health System Dermatologist antara Februari 2020 dari hingga September 2020. Sepuluh pasien diidentifikasi mengalami Telogen effluvium terkait Covid-19.

Diketahui 90% diantaranya berjenis kelamin wanita dan 80% pasien ini saat dirawat pengobatannya menggunakan antibiotik, kortikosteroid sitemik, hidroksikloroquin. Rata-rata mengalami kerontokan rambut dimulai 50 hari setelah gejala pertama Infeksi Covid-19.

Hasil ini menunjukkan bahwa infeksi Covid-19 bisa memicu terjadinya Telogen Effluvium.

Sebuah online survey yang dilakukan empat kali selama enam bulan periode April 2020 hingga september 2020 pada pasien dari berbagai klinik yang mengeluhkan kerontokan rambut setelah terkena infeksi Covid-19. Survey melibatkan 128 pasien dewasa, 24 orang laki-laki dan 104 orang wanita, menunjukkan 66,3% pasien mengalami telogen effluvium dan 58,4% mengalami Trichodynia.

Sebagian besar pasien yaitu 62,5% mulai mengalami gejala kerontokan rambut di bulan pertama setelah didiagnosis Covid-19, sedangkan 47,8% lainnya merasakan gejala dimulai setelah 12 minggu atau lebih.

Kesimpulan lainnya yang bisa diambil adalah bahwa tingkat keparahanan telogen effluvium yang dialami pasien sembuh covid kemungkinan dipengaruhi oleh tingkat keparahan saat terkena infeksi Covid-19.

Penelitian lain di Turki menggunakan web kuisioner yang diikuti 527 responden diketahui bahwa Telogen Effluvium secara statistik lebih tinggi terjadi pada wanita saat pandemi.

Artikel yang diterbitkan di International Journal of Dermatology Oktober 2020 menyatakan Telogen Effluvium sebagai sequel pasca Covid-19. Hal tersebut berdasarkan pengamatan yang terjadi di klinik dermatologi rawat jalan yang mendapati lonjakan kasus kerontokan rambut parah pada pasien sembuh covid-19.

Baca :  WHO Mulai Uji Klinis 4 Kandidat Obat COVID-19 di 10 Negara

Secara klinis sesuai dengan indikasi Telogen Effluvium. Data diambil dari 10 pasien wanita tanpa riwayat kerontokan rambut sebelumnya, berasal dari etnik beragam dengan umur rata-rata 50 tahun, terkonfirmasi pernah sakit Covid-19, 6 orang bergejala ringan, 4 orang bergejala berat dan dirawat di rumah sakit. Mereka semua mengalami kerontokan rambut parah selama berminggu- minggu bahkan berbulan-bulan setelah terinfeksi Covid-19. Kerontokan rambut ditandai dengan jumlah rambut rontok berlebihan dan penipisan di bagian depan batas tumbuh rambut pada kepala.

Para pasien yang datang ke Montefiore Medical Centre and Jacobi Medical Center ini tidak memiliki riwayat medis lain atau sedang menjalani pengobatan lain, selain fakta bahwa semua pernah terkena infeksi Covid-19. Karena tidak didapati hal lain yang biasa menyebabkan kerontokan rambut seperti kelainan autoimun, kekurangan vitamin, ketidaknormalan hormon menguatkan dugaan bahwa telogen effluvium yang mereka alami erat kaitannya dengan kondisi setelah infeksi Covid-19.

Jurnal lain yang diterbitkan National Library of Medicine berjudul Covid-19 infection is a major cause of acute telogen effuvium mempelajari kemungkinan adanya keterkaitan akut telogen effluvium dengan Covid-19.

Berdasarkan pengamatan lintas studi yang dilakukan periode September 2020 hingga Maret 2021, dari 39 orang yang sembuh pasca infeksi Covid-19 dengan kondisi rambut rontok didiagnosis mengalami Telogen Effluvium. Semua pasien mengalami kerontokan rambut sejak dua hingga tiga bulan setelah infeksi.Hair Pull Test atau tes tarik rambut yang dilakukan hasilnya positif kuat telogen effluvium.

Tes tarik rambut dilakukan dengan cara menarik rambut menggunakan tangan antara jari jempol, jari tengah pada area kulit kepala. Hasil dinyatakan positif jika lebih dari 10% rambut terlepas dari kulit kepala.

Diagnosis dab terapi telogen effluvium

Diagnosis Telogen Effluvium tergantung pada riwayat dan pemeriksaan fisik yang dapat dikonfirmasi melalui metode tes tarik rambut. Kerontokan rambut pada Telogen Effluvium bisa menimbulkan efek psikologis pada penderitanya. Kabar baiknya adalah bahwa Telogen Effluvium bersifat self limiting, akan pulih kembali dengan sendirinya.

Berdasarkan telaah pustaka mengenai Telogen Effluvium, penatalaksanaannya biasanya bersifat kausatif yaitu dengan mengeleminasi faktor penyebabnya. Penggunaan minoxidil topikal 2% dan 5% telah disetujui FDA dan memiliki efek memperpanjang fase anagen. Walaupun begitu penggunaan minoxidil lebih dianjurkan digunakan untuk Telogen Effluvium yang bersifat kronis, bukan akut.

Menurut konsensus manajemen penanganan Telogen Effluvium di India, para ahli menyarankan konsentrasi 2% digunakan untuk wanita, sedangkan konsentrasi 5% untuk laki-laki. Kombinasi minoxidil dengan peptida bisa memberi hasil yang lebih baik.

Menurut Garcia-Hernandez dan Camacho pengobatan topikal minoxidil pada telogen effluvium memberikan respon terapi lebih dari 70%. Aplikasinya ditetes sebanyak 1 ml dua kali sehari pada kulit kepala yang kering.

Pasien harus dijelaskan dan diingatkan untuk tetap meneruskan terapi bila terjadi Telogen Effluvium yang bersifat sementara yang timbul 2-8 minggu setelah terapi dimulai. Efek samping yang terjadi anatara lain dermatitis kontak alergi, iritasi kering, merah dan gatal. Jika pasien mengalami peradangan kulit kepala atau iritasi yang disebabkan minoxidil, pemberian steroid topikal selama lima hari bisa membantu meredakan. Penggunaan retinol bersama minoxidil dapat meningkatkan absorpsi dan efektivitasnya. menggunakan gel tretinoin 0,1% juga memberikan hasil yang cukup baik.

Para ahli berpendapat bahwa sediaan berbasis peptida, sediaan mengandung kafein, dan salep berbahan botani bisa membantu pengobatan Telogen Effluvium.

Baca :  Alasan Vaksin COVID-19 Harus Disimpan di Suhu Rendah

Shampo tidak memiliki peran langsung pada pengobatan, tapi penting memilih sampo yang tepat. shampo yang ringan tanpa kandungan sodium lauryl sulfat bisa jadi pilihan. Minyak rambut tidak berperan penting pada pengobatan Telogen Effluvium, walaupun begitu, minyak rambut berfungsi melindungi kutikel rambut.

Minyak membuat rambut lembut berkilau. Tapi pengunaannya dalam jumlah banyak memiliki efek samping. Pemakaian minyak rambut hanya digunakan pada helai rambut bukan pada akar rambut.

Suplemen nutrisi berperan penting pada pengobatan Telogen Effluvium. Suplemen yang mengandung asam amino, zinc, kalsium, besi, copper, selenium, asam folat bisa dipertimbangkan.

Begitu pula dengan Soya protein, omega 3, dan teh hijau, namun bukti manfaatnya masih sedikit. Suplemen tinggi protein bisa diberikan bagi mereka yang diketahui mengalami defisieni protein. Protein hewani lebih baik daripada yang berasal dari tumbuhan.

Suplemen biotin atau dikenal juga dengan vitamin B7 atau Vitamin H, koenzim untuk carboxylase enzymes, berperan pada metabolisme glukosa, asam amino, dan asam lemak. mungkin berguna sesuai rda (recommended dietary allowance) yaitu 30 mikrogram, tapi tidak ada bukti bahwa dosis tinggi biotin bermanfaat pada pengobatan Telogen Effluvium, kecuali jika diketahui ada defisiensi. Biotin bersifat larut air, kelebihannya biasanya akan diekresikan.

Edukasi pasien penting dilakukan

Penting mengedukasi pasien tentang kondisi dan pengobatan yang dilakukan, lebih jauhnya lagi memantau perkembangan terapi pada pasien karena hasilnya memakan waktu kurang lebih 3 hingga 4 bulan. Pilihan lain untuk edukasi bisa menggunakan video pendek dan animasi.

Edukasi yang baik kepada pasien mengenai penyebab, perjalanan penyakit dapat membantu pasien mengatasi masalah dan kebingungannya.

Prognosis atau prediksi perkembangan penyakit telogen effluvium juga baik dilakukan kepada pasien bahwa ia tidak akan mengalami kebotakan. Situasi pandemi memungkinkan konsultasi jarak jauh menggunakan telepon, videocall, atau WA.

Sumber :

H.Olds, J.Liu, K.Luk, H.W.Lim, D.Ozog, P.V. Rambhatla, Telogen effluvium associated with Covd-19 infection, Dermatol Ther, 34 (2) (2021), p.el4761

Starace M, et al., Trichodynia and elogen effluvium in COVID-19 patients: Results of an international expert opinion survey on diagnosis and management, JAAD Int, 2021, PMID: 34368790
K. Mieczkowska, A. Deutsch, J. Borok, et al. Telogen effluvium: a sequela of COVID-19, Int J Dermatol, 60 (1) (2021), pp.122-124

Sharquie,K.E., Jabbar, R.I. COVID-19 infection is a major cause of acute telogen effluvium. Ir J Med Sci (2021).
N.Rivetti, S. Barruscotti, Management of telogen effluvium during the COVID-19 emergency: Psychological implications,

Dermatol Ther, 33 (4) (2020), p.e13648
D. Turkmen, N.Altunisik, S. Sener, C.Colak, Evaluation of the effects of COVID-19 pandemic on hair diseases through a web-based questionnaire, Dermatol Ther, 33 (6) (2020), p.e13923
Khalifa E Sharquie et al. COVID-19 infection is a major cause of acute telogen effluvium. Ir J Med Sci. 2021. PMID.34467470

Giulio Rizzetto. Et al. Telogen Effluvium related to post severe Sars-Cov-2 infection: Clinical aspects and our management experience, Dermatol Ther, 2021, PMID. 33190397

Venkataram Mysore,et al. Expert consensus on the management of Telogen effluvium in India, Int.Journal of Trichology, 2019, PMID: 31360038

Sarah Hutapea, Cita Rosita SP, Telogen Effluvium, Telaah Kepustakaan Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 2011, Vol.23 No.1

Share this:

About Novi R S.Si. Apt

Menulis, berbagi informasi kesehatan dan obat.

Check Also

Studi: Krim Ruxolitinib Memberi Efek Positif pada Anak-Anak yang Terkena Dermatitis Atopik

Majalah Farmasetika – Temuan baru dari sebuah studi fase 3 yang menilai krim ruxolitinib (Opzelura, …

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.