Majalah Farmasetika – Penyakit novel coronavirus atau yang biasa disebut dengan COVID-19 telah banyak menular hingga keseluruh pelosok dunia dan tidak terkecuali di Indonesia dan telah merenggut jutaan nyawa diseluruh dunia.
Guna memutus rantai penularan penyakit perlu dikembangkan sebuah obat atau vaksin. Berbagai negara maju telah berlomba dalam pengembangan kandidat obat untuk infeksi virus ini. Salah satu kandidat obat yang dikembangkan adalah camostat mesylate.
Dalam artikel ini akan dibahas tentang kandidat obat masilate dalam pengobatan infeksi novel coronavirus (COVID-19).
Sejarah perkembangan COVID-19
Penyakit novel coronavirus atau yang biasa disebut dengan COVID-19 telah banyak menular hingga keseluruh pelosok dunia dan tidak terkecuali di Indonesia. Update terakhir tanggal 11 Juni 2020 sebanyak 35.295 orang telah tertular COVID-19 dan telah merenggut sekitar 2.000 nyawa.1
Saat ini pengembangan penemuan tentang kandidat obat ataupun vaksin untuk pengobatan penyakit COVID-19 telah banyak diteliti agar bisa menekan angka penularan serta kematian karena penyakit ini. Telah dilakukan berbagai diseluruh dunia agar dapat memutus rantai penularan COVID-19 salah satu nya dengan cara pengembangan obat atau vaksin dengan tujuan untuk memblokir pembentukan virus yang bisa menginfeksi. Ada yang berfokus pada penghambatan reseptor nya, glikoprotein serta menghambat pembentukan RNA dari virus
Diperlukan waktu yang panjang (sekitar 20 tahun) jika penelitian dimulai dari tahap awal.2 Sehingga digunakan lah kandidat obat obat yang telah ada kemudian dikembangkan melalui penelitian agar bisa digunakan untuk penanganan kasus infeksi COVID-19.
Patogenesis SARS-COV-2
Patogenesis SARS-CoV-2 (COVID-19) masih belum banyak diketahui, tetapi diduga tidak jauh berbeda dengan SARS-CoV yang telah lebih dulu menyerang, sehingga sudah banyak diteleti. Pada manusia, SARS-CoV-2 terutama menginfeksi sel-sel pada saluran napas yang melapisi alveoli. SARS-CoV-2 akan berikatan dengan reseptor-reseptor dan membuat jalan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang terdapat pada protein s pada virus akan berikatan dengan reseptor selular berupa ACE2 pada SARS-CoV-2. Di dalam sel, SARS-CoV-2 melakukan duplikasi materi genetik dan mensintesis protein-protein yang dibutuhkan, kemudian membentuk virion baru yang muncul di permukaan sel.
Genom RNA virus akan dikeluarkan ke sitoplasma sel dan ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein struktural. Selanjutnya, genom virus akan mulai untuk bereplikasi. Glikoprotein pada selubung virus yang baru terbentuk masuk ke dalam membran retikulum endoplasma atau badan golgi. Terjadi pembentukan nukleokapsid yang tersusun dari genom RNA dan protein nukleokapsid. Partikel virus akan tumbuh ke dalam retikulum endoplasma dan badan golgi. Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung partikel virus akan bergabung dengan membran plasma untuk melepaskan komponen virus yang baru.3
Pengembangan kandidat obat COVID-19
Banyak negara maju berlomba-lomba dalam penemuan dan pengembangan kandidat obat serta vaksin untuk penyakit COVID-19. Salah satu nya adalah negara Jepang. Jepang mengembangkan obat Camostat Mesylate. Camostate mesylate bekerja dengan menghambat Transmembran Protease Serin2 (TMPRSS2). TMPRSS2 adalah sebuah glikoprotein transmembran yang memungkinkan suatu virus bisa melebur dan bisa masuk kedalam sel target sehingga bisa mulai menginfeksi.4
Camostat mesylate
Pada tahun 1980an Camostat mesylate ditemukan sebagai protease inhibitor. Pada tahun 1985 digunakan sebagai terapi untuk gejala akut pankreatitis kronis, serta pengobatan refluks esophagitis pasca operasi sejak tahun 1994. Dosis yang digunakan masing-masing adalah 600 mg dan 300 mg.
Camostat mesylate diproduksi oleh Ono Pharmaceuticals (Osaka, Jepang) dalam bentuk sediaan tablet dengan kadungan sebesar 100 mg per tabletnya. Peyimpanan obat dilakukan pada suhu kamar dengan tanggal kadaluarsa selama 3 tahun setelah obat diproduksi.4
Pengembangan camostat mesylate sebagai kandidat obat untuk penyakit COVID-19 dikarenakan mekanisme dari obat ini yaitu dengan menghambat TMPRSS2. Dimana infeksi COVID-19 melibatkan glikoprotein transmembaran. Sehingga diperlukan kandidat obat yang dapat menghambat glikoprotein tersebut.5
Dalam percobaan pada model tikus, camostat mesylate efektif dapat melindungi tikus dari kematian setelah infeksi COVID-19 dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 60%. Dosis yang digunakan setara dosis untuk manusia yaitu sekitar 2,14 mg/kg dengan waktu paruh selama 100 menit. Jika dikonversi kedalam dosis untuk penggunaan kepada manusia didapat 600 mg dengan penggunaan 3 kali sehari sebanyak 200 mg (2 tablet).5
Meski telah dilakukan uji pada model tikus serta dilihat hasil efikasi dari camostat mesylate cukup menjanjikan, tetap diperlukan uji klinis untuk melihat keefektifan serta keamanan obat ketika digunakan kepada manusia.6 Saat ini uji klinik masih berlangsung. Sudah ada lima percabaan relevan yang didaftarkan pada clincaltrials.gov.
Percobaan relevan pertama mengenai dampak camostat mesylate pada infeksi COVID-19 dimulai dari tanggal 31 maret 2020 sampai 31 desember 2020 yang dilakukan di Denmark menggunakan populasi usia remaja dan dewasa ≥ 16 tahun, positif terinfeksi COVID-19 yang dibuktikan dengan PCR positif (atau uji klinis yang sebanding), kurang dari 48 jam sejak saat masuk rumah sakit atau jika diduga COVID-19 yang didapat dari rumah sakit diduga, kurang dari 48 jam sejak timbulnya gejala. Dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama diberikan camostat mesylate 200 mg (1 tablet = 100 mg) 3 kali sehari selama 5 hari. Dan kelompok pembanding diberikan placebo 2 tablet 3 kali sehari selama 5 hari.7
Percobaan relevan kedua mengenai evaluasi, efikasi dan keamanan Camostat Mesylate ditambah terapi kombinasi dengan Hydroxychloroquine pada pasien rawat inap dengan infeksi COVID-19 sedang dimulai dari tanggal 01 juni 2020 sampai 01 juni 2021 yang dilakukan di German menggunakan peserta yang berusia ≥ 18 tahun dengan infeksi SARS-CoV-2 dikonfirmasi oleh PCR sebelum dirawat di rumah sakit dan membutuhkan perawatan medis untuk infeksi COVID-19 adanya infiltrat paru pada rontgen dada dan atau CT scan.7
Percobaan relevan ketiga mengenai pengaruh camostat mesylate pada infeksi COVID-19 pada pasien ambulatory dimulai dari tanggal 30 april 2020 sampai 31 mei 2021 yang dilakukan di US menggunakan populasi dewasa 18 tahun dan lebih tua. Didiagnosis dengan COVID-19 dalam 2 hari terakhir dan tidak menunjukkan manifestasi yang memerlukan rawat inap Untuk wanita dengan potensi reproduksi: penggunaan kontrasepsi yang sangat efektif Untuk pria yang berpotensi reproduksi: penggunaan kondom atau metode lain untuk memastikan kontrasepsi yang efektif dengan pasangan7
Percobaan relevan ke empat mengenai studi untuk membandingkan keampuhan, keamanan, dan tolerabilitas hydroxychloroquine yang dikombinasikan dengan azithromycin dibandingkan dengan hydroxychloroquine yang dikombinasikan dengan camostat mesylate dan “tanpa perawatan” pada pasien rawat inap pasien yang menderita akibat virus sars cov 2 yang ringan atau sedang. Dimulai tanggal 11 april 2020 sampai 11 oktober 2020 yang dilakukan di Israel. Populasinya orang dewasa yang dirawat di rumah sakit, yang berusia 18 atau lebih, memiliki faktor risiko penyakit parah, tidak memiliki kontraindikasi untuk pengobatan dengan hydroxychloroquine, dapat menelan pil, dan yang tidak memiliki komorbiditas parah yang mendasari di mana pengobatan tidak mungkin terjadi. bermanfaat bagi pasien.7
Percobaan relevan ke lima mengenai percobaan acak, multi-lengan fase ii dari agen baru untuk perawatan pasien dengan risiko tinggi covid-19 positif. Dimulai pada tanggal 01 mei 2020 sampai mei 2021 yang dilakukan di University of Kentucky. Populasinya Usia ≥ 18 tahun terinfeksi SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi laboratorium dalam 7 hari terakhir atau adanya gejala atau tanda-tanda pemeriksaan fisik memberikan kemungkinan tinggi penyakit COVID-19.
Pasien harus memiliki fungsi organ dan sumsum yang memadai yang diukur dalam 6 bulan terakhir. Subjek harus memiliki setidaknya satu dari fitur berisiko tinggi berikut untuk kemunduran klinis: Hipertensi, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronis, Emfisema, atau Asma yang sedang hingga berat, kelainan imun, umur > 50, BMI > 40, tinggal di panti jompo atau fasilitas jangka Panjang.7
Pengembangan obat camostat mesylate masih terus berlanjut, kemungkinan perkiraan pada tahun 2021 akan didapatkan data menyeluruh mengenai kefeektifan serta keamanan dari penggunaan obat camostat mesylate sebagai obat untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh novel coronavirus.
Kesimpulan
Camostat mesilat digunakan di Jepang untuk pengobatan gejala akut pankreatitis kronis dan refluks esofagitis pasca operasi. Camostat mesylate mempunyai mekanisme kerja dengan cara menghambat (Transmembran Protease Serin2 )TMPRSS2. Dimana infeksi COVID-19 melibatkan glikoprotein transmembaran. Sehingga diperlukan kandidat obat yang dapat menghambat glikoprotein tersebut. Hasil dari percobaan model tikus, camostat mesylate efektif dapat melindungi tikus dari kematian setelah infeksi COVID-19 dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 60%. Uji klinis untuk melihat keefektifan dan keamanan penggunaan pada manusia masih berlangsung dan kemungkinan akan didapatkan hasil pada tahun 2021
Daftar Pustaka
1. Update COVID-19 di RI. Accessed June 11, 2020. https://covid19.go.id
2. Hairunnisa H. Sulitnya Menemukan Obat Baru di Indonesia. Farmasetika.com (Online). 2019;4(1):16. doi:10.24198/farmasetika.v4i1.22517
3. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, et al. Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus Disease 2019 : Review of Current Literatures. J Penyakit Dalam Indones. 2020;7(1):45-67.
4. Bittmann S, Alieva EM, Weissenstein A, Luchter E. The role of TMPRSS2-Inhibitor Camostat in the pathogenesis of COVID-19 in lung cells “. 2020;1(1):20875-20877. doi:10.26717/BJSTR.2020.27.004519
5. Uno Y. Camostat mesylate therapy for COVID-19. Intern Emerg Med. 2020;(123456789):10-11. doi:10.1007/s11739-020-02345-9
6. Gina A, Eubanas S, Epi DC. Should Camostat Mesylate be used in the treatment of COVID-19 ? Asia Pacific Cent Evid Based Healthc. 2020;2020 (version 1). doi:10.1002/14651858.CD005978.pub3.2
7. Camostat Mesylate. Accessed June 12, 2020. https://clinicaltrials.gov
Penulis : Nurul Fajeriyati, Program Magister Farmasi, Fakultas farmasi, Universitas Padjadjaran