Majalah Farmasetika – Ahli Kardiologi, dr. Erta Priadi Wirawijaya, Sp. JP, meragukan bahwa kejadian gagal ginjal akut (GGA) yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh cemaran Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG), lebih mengarah kepada permasalahan hemolytic uremic syndrome karena tercemar kuman E Coli di makanan atau di sanitasi air.
Beberapa postingan di facebooknya menjelaskan keraguan itu dengan gaya khas satire nya.
“Karena obat atau karena…? Hmm bingung juga katanya sih ngga ketemu patogen, tapi kok hasilnya begini ya? Pasti salah deh hasilnya” jelas dr Erta dalam postingan FB 24 Oktober 2022.
Menururnya, Indonesia kan negara yang bersih, airnya bersih ngga 70+ lebih terkontaminasi e coli, penduduknya juga bersih-bersih, ngga suka BAB sembarangan, BAB nya di WC dengan septic tank khusus yang tidak akan mengkontaminasi air tanah. Ternak juga limbahnya diolah khusus ngga dibuang ke kali dan mencemari lingkungan. Tukang jualan makanan juga sudah disuruh bebersih makanan minuman pake air bersih yang sudah dikasih klorin, atau air matang.
“Para petani juga menanam sayur mayur tidak pakai pupuk organik lagi, sudah pakai pupuk kimia yang steril. Tapi eh kok hasilnya begini ya?” Tulisnya.
Dr Erta melanjutkan, Seperti ada wabah e coli yang umum ditemukan di negara yang kotor gitu. Masa iya sih? Lebih masuk akal kalau gagal ginjalnya karena obat, ada anak sakit, demam, minum obat sehari dua hari, lalu gagal ginjal, pasti karena obat kan? Mana mungkin karena perjalanan penyakitnya? #satire
Gambar dibawah temuan konsisten pada pasien gagal ginjal akut misterius yang kemungkinan salah. #denial
Mengulas fakta GGA karena e Coli di USA dan Gambia
Berikut adalah tulisan dr Erta pada 21 Oktober 2022,
Tahun 2018 ada kehebohan di negeri paman Sam, sekitar 210 orang dari 36 negara bagian sakit, yang dikeluhkan demam, mencret, mual dan muntah. 99 orang sampai dirawat, 27 orang ngga bisa kencing, ternyata ada hemolytic uremic syndrome yang menyebabkan gagal ginjal akut (GGA), 5 diantaranya meninggal. Setelah di usut ternyata mereka sakit karena ada selada yang tercemar kuman E Coli.
Kuman ini memang bisa jadi flora normal di usus manusia, tapi varian tertentu bisa menghasilkan racun yang bisa merusak fungsi saluran cerna, darah dan ginjal. Jadi pada kasus outbreak e coli tahun 2018 di USA, GGA yang terjadi merupakan bagian dari perjalanan penyakit infeksi e Coli.
Pada kasus GGA di yang merenggut nyawa 50 orang anak di RS Banjul di Gambia, semuanya mengalami demam, tidak bisa buang air kecil, muntah (91%) dan diare (55%). Mirip ya dengan gejala yang terjadi di USA tahun 2018. Dari pemeriksaan faeces 61% positif e coli, dan 2 sempel positif menghasilkan racun Shiga yang memang bisa merusak Ginjal dan memicu hemolytic uremic syndrome. Jadi dari presentasi klinis dan temuan yang ada, melonjaknya kasus GGA di Gambia kemungkinan besar berhubungan dengan adanya wabah E Coli disana.
Gambia reports 50 deaths due to acute kidney infection at Banjul hospital
Gambia adalah salah satu negara termiskin di dunia, mayoritas warganya hidup bertani karena air melimpah disana. Tapi ironisnya menurut sebuah penelitian yang dilakukan UNICEF mayoritas warganya (70% lebih) mengkonsumsi air yang terinfeksi e coli. Laporan ini berbeda jauh dengan laporan otoritas kesehatan di Gambia yang melaporkan hanya 9% yang terkontaminasi e coli… kira-kira siapa yang salah buat laporan ya?
Problemnya makin parah karena sekarang disana musim hujan, sering banjir, air kotor dari kakus limbah manusia dan juga limbah ternak, terbawa banjir dan nyampur dengan sumber air bersih yang dipakai mandi, makan, minum. Sehingga wabah e coli sangat mungkin meluas. Banyak yang sakit sementara fasilitas kesehatan nya sangat terbatas.
Tadi di awal saya cerita di Amerika Serikat ada wabah e coli dari salada yang terkontaminasi. Saat itu sekitar 12-13% mengalami hemolytic uremic syndrome. Tapi karena terjadi di negara maju penyakitnya ketahuan, bisa ditangani baik, dan yang meninggal tidak terlalu banyak. Kalau hal serupa terjadi di negara miskin di Afrika, yang fasilitas kesehatan nya sendiri sangat terbatas sementara di rumahnya air dan makanan nya terkontaminasi e coli, bisa dipastikan pasti jumlah kasus dan yang meninggal akan lebih tinggi.
Kenapa yang banyak meninggal anak balita? Karena sistem imun nya belum berkembang baik, yang dewasa kemungkinan sudah sering terpapar e coli sehingga ada kekebalan lebih. Kalaupun sakitnya parah, mencret, mual, muntah, yang dewasa juga lebih memaksakan diri untuk minum dan cari pengobatan.
Karena faskesnya kewalahan mereka hanya bisa kasih sirup paracetamol lalu memulangkan pasien. Dirumahnya anaknya kemungkinan makan dan minum terkontaminasi e coli juga, alhasil yang ada kondisinya akan semakin berat bukan semakin baik… dan kebetulan ada paracetamol yang kebetulan mengandung kontaminan etilen glikol dalam jumlah diatas ambang batas yang dianggap aman. Dan dari artikel diatas kita tahu otoritas kesehatan disana ada kecenderungan “memperkecil masalah” yang ada (dari tingkat kontaminasi 70+% jadi 9%). Menyalahkan paracetamol sirup bisa jadi solusi untuk meredakan kemarahan para orangtua di Gambia yang kehilangan anaknya…
Menanggapi tudingan paracetamol sirup dari India menjadi penyebab GGA pada anak di Gambia, otoritas kesehatan di India meminta pihak Gambia untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat yang jelas bahwa GGA yang timbul terjadi murni karena pemberian paracetamol sirup mereka, tapi ini sulit dipenuhi karena penyebab sakitnya juga sangat mungkin terjadi karena perburukan infeksi e coli yang memang sangat mungkin sedang mewabah di Gambia. Akan sulit dibuktikan saya rasa karena masih ada penyebab lain yang bisa jadi penyebab GGA.
Kalau istilah di pengadilan sih, akan sulit membuktikan beyond reasonable doubt bahwa pelakunya si A karena masih mungkin pelakunya si B.
Jadi intinya apa?
Menurut saya sih ya jangan ketakutan berlebih dahulu sampai sampai semua obat syrup dikhawatirkan terkontaminasi. Tetap kedepankan logika, jangan paranoid, masa iya obat yang sudah puluhan tahun dipakai tidak ada masalah tiba-tiba diduga menyebabkan gagal ginjal.
Jangan sampai ada pikiran GGA yang terjadi karena obat yang diresepkan pak Dokter, karena obat yang dibeli di Apotik X. Karena dalam kenyataannya banyak sekali yang bisa jadi penyebab gagal ginjal akut.
Misal anda sekeluarga makan lalaban yang airnya terkontaminasi e coli, dan ini sangat mungkin terjadi loh karena tingkat kontaminasi e coli di beberapa tempat di Indonesia tinggi sekali, apalagi kalau sumber airnya dari sumur tanah, wuih mendekati 100%. Anda cuma mencret sebentar, tapi anak anda mencret, mual, muntah, sakit perut, demam, ternyata ada gangguan Ginjal Akut karena dehidrasi atau Hemolytic Uremic Syndrome.
Sumber: https://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/view/3756
Atau misal anak anda sering dikasih permen, coklat, sikat giginya tidak benar, akhirnya giginya rusak, jadi sarang kuman streptokokus, bisa timbul respon autoimun akut yang merusak fungsi ginjal (dan jantung nya).
Atau misal kena digigit nyamuk, lalu sakit parah, tensi turun, shock, ginjal juga bisa bisa ikut kebawa rusak.
Pada beberapa hal yang saya contohkan diatas, penyebabnya mungkin sederhana, tapi konsekuensinya serius. Jadi jika anak anda sakit, jangan ragu berobat kedokter, dan jangan khawatir obatnya malah merusak ginjal, karena pada kebanyakan kasus, kerusakan ginjal justru timbul karena perjalanan penyakit yang tidak tertangani baik dari awalnya.
Jangan terlalu khawatir berlebih, soal obat ini, itu merusak Ginjal, khawatir kan penyakitnya tertangani baik atau tidak. Jadi selalu konsultasikan ke dokter anda mengenai pengobatan yang perlu diberikan ke anak anda, jangan mengobati sembarangan.
Hari ini BPOM sudah menganalisis kandungan obat sirup yang beredar di Indonesia. Ternyata ada 5 produk obat yang dinilai etilen dan dietilen glikolnya diambang batas akan ditarik bisa dilihat dibawah. Kalau dilihat namanya obatnya sih ini jenis obat OTC yang jarang diresepkan dokter. List ada dibawah.
Hati hati tentu, paranoid berlebih jangan. Tetap jaga kebersihan tangan dan makan makanan yang sehat dan bersih ya gaes.
Sumber