Farmasetika.com – Tanaman Bandotan ( Ageratum conyzoides, Linn) merupakan tanaman sejenis gulma yang banyak tumbuh di daerah subtropis dan tropis seperti Indonesia.
Mengenal tanaman bandotan
Di beberapa daerah di Indonesia tanaman ini disebut sebagai babadotan(Sunda), tempuyak (Jawa), wedusan(Jawa), dan sopi(Sulawesi). Secara Internasional tanaman ini umumnya disebut sebagai Billy goat weeds.
Nama bandotan atau goat weeds berasal dari bau khas menyerupai bau kambing yang tercium ketika daunnya telah layu dan membusuk. Selain karena aromanya, sebutan tersebut juga dikarenakan batang dan daun Bandotan tertutup sepenuhnya dengan rambut halus berwarna putih.
Tumbuhan bernama latin Ageratum Conyzoides Linn ini menjadi gulma bagi tanaman. Menurut Moenandir gulma adalah tanaman yang tumbuh di waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan ketika manusia ingin membudidayakan tumbuhan, keberadaan guma dapat mengganggu tanaman yang dibudidayakan. Oleh karena itu, tentunya tanaman ini sangat tidak disukai oleh para petani.
Tingkat peningkatan populasinya pun tinggi dengan pertumbuhan yang cepat, hal ini disebabkan bunga putih lembut yang dimiliki Ageratum Conyzoides sangat mudah terbawa angin sehingga mudah tersebar. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan sebenarnya tanaman gulma yang banyak tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal diantaranya.
Manfaat Bandotan
Melindungi kulit dari paparan sinar UV
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meilisa Athiyah, Islamudin Ahmad, dan Laode Rijai , akar Bandotan memiliki aktivitas tabir surya yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV dari matahari.
Aktivitas tabir surya adalah kemampuan suatu molekul atau campuran molekul kimia menyerap sinar UV pada panjang gelombang 322,5-372,5 nm (UV A) sebagai penyebab pigmentasi & penuaan dini kulit dan 292,5-337,5 nm (UV B) sebagai penyebab eritema pada kulit. Berdasarkan potensi tersebut maka kandungan dari akar Bandotan dapat digunakan sebagai kosmetik pelindung kulit .
Di Kalimantan Timur, akar Bandotan dicampur dengan beras untuk dibuat menjadi bedak dingin. Bedak dingin biasanya digunakan untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari di siang hari yang mengandung radiasi sinar UVA dan UVB.
Akar bandotan bisa menjadi bedak dingin
Masyarakat percaya bahwa bedak dingin tersebut dapat melindungi kulit dari sinar matahari langsung dengan efektif sehingga kulit tidak terjadi perubahan warna dan mengalami kerusakan. Radiasi sinar matahari yang sampai ke bumi terutama pada wilayah Indonesia memang tergolong tinggi karena Indonesia merupakan wilayah tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa terlebih pulau Kalimantan.
Dalimartha menyatakan bahwa akar Bandotan mengandung senyawa kumarin yang dikenal sebagai senyawa aktif tabir surya yang baik walaupun terhadap paparan tinggi cahaya matahari.
Kandungan kimia bandotan
Senyawa dari golongan kumarin telah dibuat menjadi sediaan tabir surya dan kosmetik.
Dari hasil penelitian tabir surya terhadap akar bandotan menunjukkan bahwa ekstrak kasar matenol dan fraksi etilasetat akar Bandotan pada konsentrasi tertentu memiliki aktivitas tabir surya dengan kategori sunblock(memproteksi secara total UV spesifik), proteksi ekstra (mengabsorbsi 95% UV) , suntan standard(mengabsorbsi 85% UV) dan fast tanning ( menyerap 15% UV B) untuk perlindungan terjadinya eritema dan pigmentasi oleh ultraviolet dari sinar matahari. .
Penyembuh luka dan Antibakteri
Tumbuhan ini sejak zaman dahulu dimanfaatkan dalam pengobatan oleh masyarakat.
Secara empiris, Ageratum conyzoides ini memiliki khasiat baik secara eksternal maupun internal. Secara eksternal, Bandotan digunakan untuk menyembuhkan luka, kusta dan bisul dan sebagai antihemorrhagik dan antiseptik, Selain itu bagian daunnya digunakan sebagai pencuci mata. Secara internal, Badotan digunakan sebagai diuretik dan antipiretik.
Ekstrak air panas dari daun digunakan secara oral untuk mengobati cacing pada usus dan sebagai antispasmodik, dan untuk mengobati diabetes dan bagian akar tanaman digunakan untuk menurunkan demam . Bandotan diyakini memiliki khasiat dalam bidang kesehatan yakni, diabetes, antiinflamasi, antioksidan, ansiolitik, antibakteri.
Bandotan sebagai penyembuh luka
Berdasarkan hasil review oleh Salma Alaina Atisha dan Soraya Ratnawulan Mita (2018), tanaman Ageratum conyzoides memiliki manfaat sebagai penyembuhan luka karena memiliki efek farmakologis sebagai antibakteri. Efek farmakologis tersebut timbul karena Bandotan mengandung senyawa aktif seperti saponin, alkaloid, terpenoid, dan fenol sehingga dapat digunakan sebagai pengobatan dalam masyarakat sebagai pengobatan alternatif luka terbuka.
Menurut penelitian Kamboj dan Saluja (2008), sifat penyembuh luka yang terdapat pada Badotan lebih dari 90% pada ekstrak dan sekitar 72% pada destilasi air. Bagian daun dari Ageatum conyzoides ditempelkan pada luka sebagai antiseptik dan menyembuhkan luka dengan cepat. Senyawa alkaloid dan saponin bekerja sebagai antioksidan dan antibakteri karena dapat mengurangi waktu pendarahan, waktu protombin, dan waktu clotting .
Penelitian yang dilakukan oleh Mitra tahun 2013 menunjukkan bahwa isolat AC-1 dari daun Ageratum conyzoides memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri gram positif dan gram negatif. Zat ini bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteri, baik bakteri gram positif dan negatif. Hasil yang didapatkan adalah AC-1 meiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji yaitu Bacillus subtilis, Bacillus megateranium, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pyogenes untuk gram positif dan E. coli, Shigella spp, P. aeruginosa, dan Salmonella typhi untuk gram negatif.
Sumber :
Aisha, S. A. & Mita, S. R. 2018. Review : Herbal Bandotan (Ageratum conyzoides L) Sebagai Pengobatan Luka Terbuka. Farmaka. Vol 16 (3) : 116-121.
Athiyah, M., Ahmad, I., & Rijai, L. 2015. Aktivitas Tabir Surya Ekstrak Akar Bandotan (Ageratum Conyzoides L.). Jurnal Sains dan Kesehatan. Vol 1 (4) : 181-187.
Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta : Trubus Agriwidya.
Moenandir, J. 1988. Fisiologi Hibrisida (Ilmu Gulma: Buku II). Jakarta: Rajawali Press.
Kamboj, A. & Saluja, A. S. 2008. Ageratum conyzoides L : A Review On Its Phytochemical and Pharmacological Profile. International Journal of Green Pharmacy. 59-68.
Mitra, P. K. 2013. Antibacterial Activity of an Isolated Compound (AC-1) from The Leaves of Ageratum conyzoides Linn. Journal of Medicinal Plants Studies, Vol 1(3) : 145-150.