Majalah Farmasetika – Dalam penatalaksanaan hipertensi, keberadaan apoteker di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, terbukti memiliki peran penting dalam meningkatkan luaran klinis dan kualitas hidup pasien, serta efisiensi biaya pengobatan menurut serial penelitian yang telah dipublikasikan di beberapa jurnal internasional bereputasi.
Tim peneliti dari Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran (Unpad) telah mempublikasikan hasil penelitian terkait peran apoteker di Puskesmas baru-baru ini kedalam 4 jurnal internasional dan 1 masih dalam tahap penerbitan.
Penggunaan obat antihipertensi di puskesmas meningkat sejak era JKN
Peneliti utama, Yusransyah, menjelaskan kepada redaksi Majalah Farmasetika, artikel penelitian pertama telah dipublikasikan pada tahun 2019 di Journal of Advanced Pharmacy Education & Research tentang penggunaan dan studi minimalisasi biaya obat-obat antihipertensi di Puskesmas Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten sejak Era JKN.
Menurutnya, nilai cost/DDD (DU 90%), yaitu biaya penggunaan obat-obat antihipertensi di puskesmas Kabupaten Pandeglang, dari tahun 2014, 2015 sampai 2016 bersifat fluktuatif, namun cenderung meningkat.
Hal ini dapat diakibatkan karena:
a. Sejak era JKN dimulai, antusias masyarakat semakin meningkat untuk berobat ke puskesmas.
b. Data dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Pandeglang menunjukkan bahwa jumlah penduduk semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data dari Dinas Kesehatan kabupaten Pandeglang juga menunjukkan hal yang sama, bahkan hipertensi menjadi kasus terbanyak penyebab kematian untuk kategori penyakit tidak menular.
c. Cenderung meningkatnya prevalensi penyakit hipertensi sesuai poin b, bisa diakibatkan karena saat itu baru ada 3 dari 36 puskesmas yang memiliki apoteker, dan pelayanan farmasi belum terlaksana dengan baik, sehingga tujuan terapi tidak tercapai dan akhirnya penggunaan obat-obat antihipertensi pun semakin meningkat.
d. Jumlah penggunaan obat antihipertensi yang meningkat juga bisa diakibatkan dari pengelolaan obat antihipertensi yang belum optimal di puskesmas.
“Apoteker diperlukan di puskesmas untuk mengoptimalkan pengelolaan obat antihipertensi. Selain bertanggung jawab terhadap pengelolaan obat yang efektif dan efisien, apoteker juga diharapkan dapat mengoptimalkan perannya dalam pelayanan farmasi kepada pasien hipertensi prolanis, sehingga tujuan terapi dapat tercapai dan akan berdampak pada pembiayaan pengelolaan obat-obat antihipertensi di puskesmas.” Ungkap Yusransyah yang juga saat ini berstatus mahasiswa Program Doktor Farmasi di Unpad.
Dampak pelatihan konseling terhadap pengetahuan apoteker
Penelitian berikutnya tentang dampak pelatihan konseling antihipertensi terhadap pengetahuan apoteker di puskesmas kabupaten Pandeglang telah dipublikasikan di Journal of Global Pharma Technology.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan apoteker tentang konseling dan terapi antihipertensi meningkat secara signifikan setelah mengikuti pelatihan, dan kemampuan apoteker menjadi seragam dan merata serta siap untuk memberikan intervensi konseling kepada pasien hipertensi prolanis di puskesmas.
“Pelatihan yang sistematis dapat meningkatkan kompetensi apoteker di puskesmas. Selain itu, topik pelatihan yang diperlukan untuk mendukung pelayanan kefarmasian apoteker bagi pasien hipertensi prolanis di puskesmas adalah tentang tata cara konseling dan tata laksana terapi penyakit hipertensi.” Ujar Yusransyah yang juga Dosen di STIKes Salsabila Serang.
Tingkat kepatuhan pasien meningkat dengan konseling apoteker
Tidak sampai disitu, penelitian ketiga telah dipublikasikan oleh Yusransyah bersama promotor dan copromotornya yakni Auliya Suwantika dan Eli Halimah di jurnal Q3 Scopus tentang dampak konseling apoteker terhadap tingkat kepatuhan dan tekanan darah pasien hipertensi prolanis di 16 puskesmas Kabupaten Pandeglang.
“Tingkat kepatuhan dan tekanan darah pasien hipertensi prolanis kelompok yang diberikan konseling apoteker meningkat dan berbeda signifikan dibanding kelompok yang tidak mendapatkan konseling oleh apoteker.” Jelas Yusransyah yang juga aktif sebagai Wakil Ketua Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.
Tim peneliti menyimpulkan bahwa apoteker di puskesmas sangat diperlukan untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian. Selain karena sesuai peraturan yang ada, juga hasil riset menunjukkan bahwa pemberian konseling obat oleh apoteker berpengaruh signifikan terhadap luaran klinis pasien di puskesmas.
Kualitas hidup pasien meningkat dengan adanya apoteker
Yusransyah kemudian melakukan penelitian pengukuran kualitas hidup pasien hipertensi prolanis di 16 puskesmas Kabupaten Pandeglang menggunakan instrument EQ5D5L.
Penelitian ini berhasil diterbitkan di jurnal Scopus Q1 yang berjudul Measurement of the Quality of Life of Prolanis Hypertension Patients in Sixteen Primary Healthcare Centers in Pandeglang District, Banten Province, Indonesia, Using EQ-5D-5L Instrument.
“Kualitas hidup pasien hipertensi prolanis meningkat dan berbeda secara signifikan antara kelompok yang mendapatkan konseling apoteker dengan yang tidak diberikan intervensi konseling.” Jelas Yusransyah.
“Apoteker yang melaksanakan konseling kepada pasien di puskesmas, dapat meningkatkan kualitas hidup pasien secara signifikan. Parameter yang diukur adalah kemampuan berjalan, perawatan diri, aktivitas sehari-hari, rasa nyeri dan rasa cemas serta skala kesehatan harian pasien.” Lanjutnya memberikan rekomendasi dari hasil penelitiannya.
Efisiensi biaya pengobatan dengan adanya apoteker
Yusransyah dan tim kemudian melakukan penelitian tentang pengaruh konseling apoteker terhadap efektivitas biaya antihipertensi pasien prolanis di puskesmas Kabupaten Pandeglang. Artikel penelitian ini masih dalam tahap penerbitan ke jurnal internasional.
“Konseling obat oleh apoteker terbukti merupakan intervensi pelayanan kefarmasian yang highly cost effective dan cost effective pada beberapa skenario.” Jelas Yusransyah.
Dari hasil penelitian ini, apoteker yang melakukan pelayanan kefarmasian di puskesmas dapat meningkatkan efektivitas terapi hingga kualitas hidup pasien.
“Sembilan skenario pembiayaan jasa konseling apoteker di puskesmas menunjukkan bahwa kegiatan konseling apoteker termasuk intervensi yang highly cost effective dan cost effective, bahkan dengan adanya 2 (dua) orang apoteker di satu puskesmas dengan jasa konseling setara dengan UMR tertinggi di provinsi Banten masih masuk kategori cost effective.” Jelasnya.
Apoteker wajib ada di Puskesmas
Yusransyah menyimpulkan dari kelima penelitian ini bahwa tingginya prevalensi penyakit hipertensi dan jumlah penggunaan obat-obat antihipertensi dapat diakibatkan dari kurang optimalnya pelayanan kefarmasian di puskesmas.
Pengelolaan Perbekalan Farmasi dan Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan standar yang tidak dapat dipisahkan dan sesuai dengan peraturan yang ada dan wajib dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan sesuai peraturan yang berlaku, dalam hal ini yang dimaksud adalah apoteker.
“Peran apoteker di puskesmas terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan luaran klinis suatu penyakit sehingga tujuan terapi dapat tercapai dan kualitas hidup pasien-pun meningkat.” Tegasnya.
Menurutnya apoteker wajib ada di setiap puskesmas, bahkan dengan adanya 2 (dua) orang apoteker di satu puskesmas masih masuk dalam kategori cost effective ditinjau dari aspek Farmakoekonomi.
“Apoteker di puskesmas dapat dimasukkan ke dalam primary-line pada sistem BPJS Kesehatan berdasarkan tinjauan Farmakoekonomi yang dilakukan pada riset di atas. Selain dapat meningkatkan luaran klinis dan kualitas hidup pasien, apoteker juga membantu pemerintah (BPJS) dalam hal efisiensi biaya pengobatan pasien.” Tutupnya.
Sumber :
Yusransyah, Eli Halimah, Auliya A. Suwantika. Utilization and cost minimization study of antihypertensive drugs in primary healthcare center. J Adv Pharm Edu Res 2019;9(4):83-88.
Yusransyah, Eli Halimah, Auliya A. Suwantika. Effect of Anti-Hypertension Counseling Training on Increased Pharmacist Knowledge in Public Health Centers in Pandeglang Regency. Journal of Global Pharma Technology.
Yusransyah, Eli Halimah, Auliya A. Suwantika. Effect of pharmacist counseling on adherence and blood pressure of hypertensive Prolanis patients in sixteenprimary healthcare centers. J Adv Pharm Edu Res 2020;10(4):8-14.
Yusransyah, Eli Halimah, Auliya A. Suwantika. Measurement of the Quality of Life of Prolanis Hypertension Patients in Sixteen Primary Healthcare Centers in Pandeglang District, Banten
Province, Indonesia, Using EQ-5D-5L Instrument. Patient Preference and Adherence, 2020 (14) : 1103–1109.