Majalah Farmasetika (V2N1-Januari 2017). Masyarakat beranggapan bahwa mengkonsumsi teh dapat memicu tingginya kadar asam urat dalam darah karena adanya xantin yang terdapat dalam alkaloid teh.
Sebaliknya, hasil penelitian ilmiah justru menunjukkan bahwa flavonoid dalam teh berfungsi sebagai zat yang mampu menginhibisi enzim xantin oksidase (XO) yaitu enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin, kemudian mengubah xantin menjadi asam urat.
Teh Hitam dari kelas I jenis Broken Orange Pekoe (BOP) memiliki aktivitas inhibisi enzim XO paling besar yaitu 61,58%. Kemampuan Teh Hitam dalam menginhibisi enzim xantin oksidase disebabkan karena adanya kandungan katekin dan polifenol.
Apa itu hiperurisemia?
Hiperurisemia merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat di dalam tubuh yang melebihi batas normal dan menumpuk dalam ruang sendi sehingga menyebabkan gangguan pada struktur sendi. Hiperuresemia disebabkan oleh beberapa faktor, seperti konsumsi alkohol, trauma, olahraga, obesitas, genetik, polusi udara, dan radikal bebas.
Hiperurisemia dapat menyebabkan penyakit radang sendi akibat terdapatnya kristal Monosodium Urat Monohidrat (MSUM) yang mengendap di persendian. Keadaan seperti ini dinamakan artitis gout. Kristal urat tidak hanya dapat mengendap di daerah persendian saja, akan tetapi bisa juga mengendap di organ lain, seperti ginjal, saluran kemih, dan jantung. Akibatnya, hiperurisemia dapat berkembang menjadi berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung, gangguan ginjal, dan gangguan metabolik lainnya.
Salah satu obat yang sering digunakan dalam pengobatan hiperurisemia adalah allopurinol yang bekerja dengan cara mengganggu katabolisme purin melalui inhibisi enzim “xantin oksidase” (XO) yang mengubah hipoxantin menjadi xantin yang selanjutnya akan diubah menjadi asam urat.
Allopurinol memiliki efektivitas yang baik terhadap penurunan kadar asam urat dalam tubuh, namun penggunaan allopurinol seringkali menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti reaksi alergi kulit, gangguan pencernaan, sakit kepala, pusing, dan rambut rontok. Oleh karena itu, pencarian obat dari bahan alam yang memiliki efek menginhibisi xantin oksidase setara dengan allopurinol namun dengan efek samping yang lebih rendah sangat diperlukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teh berpotensi untuk menjadi alternatif obat asam urat tersebut.
Jenis-Jenis Teh (Camellia sinensis)
Terdapat empat jenis teh yang dibedakan berdasarkan bagaimana daun teh diproses, yakni teh hitam, teh hijau, teh oolong, dan teh putih.
1. Teh Hitam
Teh hitam merupakan teh yang mengalami oksidasi penuh sehingga dalam produk keringnya berwarna coklat gelap dan hasil seduhannya berwarna coklat kemerahan hingga coklat pekat. Proses oksidasi juga berpengaruh terhadap berkurangnya rasa pahit pada daun teh segar dan menimbulkan efek kental pada seduhannya. Teh hitam dibuat dengan melakukan 4 tahap pemrosesan, yakni tahap pelayuan (whitering), penggilingan (rolling), fermentasi/oksidasi, dan pengeringan.
2. Teh Oolong
Teh oolong yang dijuluki champagne of teas adalah teh yang seluruh daunnya mengalami semioksidasi. Untuk memproduksi teh oolong, daun teh dilayukan dengan cara dijemur atau diangin-angin, kemudian daun teh disiapkan untuk proses oksidasi seperti pada proses pembuatan teh hitam. Perbedaannya, pada teh oolong oksidasi hanya dilakukan sebagian. Lama proses oksidasinya tergantung pada pembuatnya dan akan menghasilkan jenis teh oolong yang berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat oksidasinya, maka akan semakin gelap warna tehnya.
3. Teh Hijau
Teh hijau mengalami proses oksidasi dalam jumlah minimal. Proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan. Proses pembuatan teh hijau melibatkan tiga tahap yakni pelayuan, penggilingan, dan pengeringan.
4. Teh Putih
Teh putih merupakan teh olahan yang paling lembut dan sedikit di dunia karena teh putih dibuat dari daun-daun muda yang mengalami oksidasi. Pengolahan teh putih hanya melibatkan dua langkah yakni pelayuan dan pengeringan, maka dari itu teh putih kaya akan polifenol dengan kadar kafein yang sedikit.
Kandungan Teh
Senyawa kimia yang dominan terkandung di dalam tanaman teh adalah katekin, teaflavin, dan tearubigin. Katekin merupakan salah satu bentuk dari senyawa polifenol yaitu flavonoid. Terdapat enam subkelas dari senyawa flavonoid yakni flavon, flavonol, flavonones, antosianidin, isoflavon, dan flavanol.
Kandungan katekin yang banyak terkandung di dalam tanaman teh yaitu epikatekin, galat epikatekin, epigalokatekin, dan galat epigalokatekin. Polifenol yang terkandung di dalam tanaman teh memiliki sifat sebagai antioksidan.
Senyawa polifenol memiliki kemampuan untuk menangkal radikal bebas dengan cara bereaksi dengan spesies oksigen reaktif seperti radikal hidroksil, peroksil, siperoksida, oksida nitrat, nitrogen dioksida, dan peroksi nitrat. Selain itu, mekanisme teh dalam bekerja sebagai antioksidan juga dapat melalui kelasi ion logam untuk mencegah terbentuknya radikal bebas.
Selain flavonoid, teh juga mengandung senyawa alkaloid. Adapun senyawa alkaloid utama yang terdapat dalam teh adalah kafein (1,3,7-trimetil xantin), teobromin (3,7-dimetil xantin) dan teofilin (1,3-dimetil xantin).
Potensi teh hitam sebagai obat asam urat
Penelitian yang dilakukan oleh Rohdiana dkk (2014) telah membuktikan bahwa Teh Hitam memiliki kemampuan untuk menginhibisi enzim XO. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa dari 15 kelas Teh Hitam yang diteliti, kelas I jenis Broken Orange Pekoe (BOP) memiliki aktivitas inhibisi enzim XO paling besar yaitu 61,58%.
Kemampuan Teh Hitam dalam menginhibisi enzim xantin oksidase disebabkan karena adanya kandungan katekin dan polifenol yang masing-masing sebesar 4,2 g dan 16,5 g dalam 100 g berat kering.
Kesimpulan
Teh, produk yang diperoleh dari daun Camelia sinensis, berpotensi untuk dikembangkan menjadi obat asam urat karena memiliki kemampuan untuk menginhibisi enzim xantin oksidase seperti dibuktikan dalam penelitian pada teh hitam. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui kemampuan jenis teh lainnya terhadap inhibisi enzim xantin oxidase.
Hal ini dapat dijadikan suatu pendekatan untuk mengembangkan sediaan obat dari bahan alam yang memiliki efek menginhibisi xantin oksidase yang setara dengan allopurinol namun dengan efek samping yang lebih rendah.
Referensi:
- Jimenez, A. P., dkk. The Effect of Dietary Methionine and White Tea on Oxidative Status of Gilthead Sea Bream (Sparus aurata). British Journal of Nutrition 108:1202-1209. 2012.
- Rohdiana, Dadan dkk. Xanthine Oxidase Inhibitory and Immunomodulatory Activities of Fifteen Grades Indonesia Orthodox Black Tea. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, ISSN 0975-1491. (Vol 6/ Issue 5/ Agustus). 2014.
- Rohdiana, Dadan. Teh: Proses, Karakteristik, & Komponen Fungsionalnya. Dalam Food Review Indonesia. VOL. X/NO. 8/Agustus. Indonesia. 2015.
- Ronco, Claudio & Franscesco Rodeghiero. Hyperuricemic Syndromes: Pathophysiology and Therapy. Dalam (Vol. 147/ Juni). London. 2005.
- Teh Vs Asam Urat. https://www.gamboeng.com/post/read/2016/45/Teh-Vs-Asam-Urat-3 [Diakses 24 Januari 2017].
Artikel ini termasuk ke dalam Majalah Farmasetika edisi khusus yang akan diterbitkan di edisi khusus berikutnya di http://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika