Farmasetika.com – Penemuan obat baru seperti Larotrectinib (Vitrakvi®) dihasilkan dari proses yang panjang dan memerlukan biaya yang sangat besar. Proses tersebut terbagi ke dalam dua tahapan, yaitu tahap penemuan dan tahap pengembangan. Tahap penemuan merupakan tahap dari pemilihan penyakit (identifikasi target) hingga didapatkan senyawa yang berpotensi sebagai obat dan dilakukan uji keamanan, sedangkan tahap pengembangan terdiri dari uji klinik.
Keunggulan Larotrectinib
Jika biasanya obat antikanker dengan kemoterapi melalui infus, Larotrectinib merupakan obat antikanker yang tersedia dalam bentuk sediaan oral (dapat langsung diminum) yaitu dalam bentuk kapsul dan larutan. Karenanya, kini obat kanker tak lagi menakutkan serta dapat mengefisienkan waktu pasien dikarenakan tidak perlu datang ke rumah sakit dan berbaring lama untuk di-infus. Disamping itu, pada tahap ini juga dilakukan pengujian pre-klinik atau pengujian yang dilakukan pada hewan percobaan. Dari hasil uji pre-klinik ditemukan bahwa Larotrectinib dapat meningkatkan nafsu makan dan berat badan.
Uji klinik terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama dan kedua ditujukan untuk mendapatkan data keamanan dan dosis efektif, serta tahap ketiga untuk mendapatkan data keamanan dan efikasi dalam populasi yang lebih besar. Uji klinik Larotrectinib dilakukan terhadap pasien dewasa dan anak-anak ( 18 tahun).
Larotrectinib merupakan obat antikanker baru yang persetujuannya dipercepat (didapatkan setelah uji klinik tahap 2) oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau FDA (Food and Drug Administration) pada November 2018 berdasarkan tingkat respon keseluruhan dan durasi data respon. Namun, uji klinis lebih lanjut tetap diperlukan untuk mengonfirmasi manfaat klinis dari Larotrectinib.
Indikasi
Larotrectinib merupakan obat dengan mekanisme menghambat pertumbuhan tumor pada kanker fusi TRK2. Obat ini diperuntukan untuk pasien dewasa dan anak-anak dengan tumor solid yang memiliki:
- Gen fusi neurotropik reseptor tirosin kinase (NTRK) tanpa resistensi mutasi dapatan yang diketahui
- Metastatik, atau jika dilakukan pembedahan akan mengakibatkan hasil yang parah
- Pengobatan alternatif yang tidak memuaskan atau telah mengikuti beberapa pengobatan
Dosis
Dosis Larotrectinib didasarkan pada luas permukaan tubuh seseorang dikarenakan lebih akurat. Obat dapat diminum dengan atau tanpa makan, dan dikonsumsi hingga terdapat perkembangan atau hingga terjadi toksisitas yang tidak dapat diterima.
- Dosis untuk pasien dewasa dan anak-anak dengan luas permukaan tubuh minimal 1 m2 : 100 mg, digunakan sehari dua kali
- Dosis untuk pasien anak-anak dengan luas permukaan tubuh kurang dari 1 m2 : 100 mg/m2, digunakan sehari dua kali
Peringatan
- Neurotoksisitas: menyebabkan toksik bagi saraf seperti timbulnya pusing dan tremor
- Hepatotoksiitas: menyebabkan toksik (racun) untuk hati
- Toksik pada embryo-fetal: tidak cocok dikonsumsi oleh ibu hamil serta dianjurkan untuk tidak menyusui selama pengobatan dan 1 minggu setelah selesai pengobatan
Efek samping
Dari data hasil uji klinik pada 176 pasien dimana 44 di antaranya merupakan pasien anak-anak, didapatkan sebesar ≥ 20% mengalami mual, muntah, pusing, anemia, batuk, sembelit, diare, peningkatan kadar enzim hati (ALT dan AST). Efek samping serius sebesar ≥ 2% yaitu diare, sepsis, muntah, dehidrasi dan nyeri di bagian dada; dan efek samping lainnya, masing-masing sebesar 1-2% mengakibatkan penghentian konsumsi larotrectinib akibat pembengkakan (edema) otak, leukemia myeloid akut, efusi perikardial, dan lain sebagainya.
Interaksi
Jangan diberikan bersamaan dengan obat yang menghambat sitoktom (CY) P3A4.
Larotrectinib merupakan antikanker yang menunjukan respon dan keamanan yang telah dibuktikan dalam rentetan pengujian hingga uji klinis, sehingga dapat dikatakan bahwa Larotrectinib merupakan tonggak inovasi dalam perkembangan obat onkologi (kanker).
Sumber:
Bayer. 2019. Vitrakvi. Tersedia (online) di https://www.hcp.vitrakvi-us.com/ [Diakses pada tanggal 25 Oktober 2019].
FDA. 2018. FDA Approves Oncology Drug that Targets a Key Genetic Driver of Cancer, rather than a Specific Type of Tumor. Tersedia (online) di https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/fda-approves-oncology-drug-targets-key-genetic-driver-cancer-rather-specific-type-tumor [Diakses pada tanggal 25 Oktober 2019].
Scott, L.J. 2019. Larotrectinib: First Global Approval. Drugs, 79(2):201-206.
Penulis : Beska Witka, Mahasiswa Farmasi Universitas Padjadjaran