Majalah Farmasetika – Obat golongan Proton Pump Inhibitor (PPI) seperti lansoprazole, omeprazole, dan esomeprazole yang merupakan kelompok obat yang beraksi utama dalam pengurangan produksi asam lambung, memiliki hubungan terhadap peningkatan peluang seseorang terkena COVID-19 hingga dua kali lipat.
Penelitian baru, yang diterbitkan dalam bentuk pra-cetak di The American Journal of Gastroenterology, didasarkan pada survei online terhadap lebih dari 53.000 orang Amerika. Pre-print artinya penelitian sudah diterima untuk dipublikasikan di jurnal, tetapi belum melalui review akhir dan editing.
Studi observasi menemukan bahwa 6,4% partisipan melaporkan hasil COVID-19 positif. Sebanyak 2.634 peserta secara keseluruhan melaporkan menggunakan PPI. Setelah analisis lebih lanjut, mereka yang menggunakan PPI sekali sehari lebih dari dua kali lebih mungkin untuk mendapatkan hasil positif, dan mereka yang menggunakan PPI dua kali sehari hampir 3,7 kali lebih mungkin untuk mendapatkan hasil yang positif. Subjek yang mengonsumsi obat antagonis reseptor histamin-2 (antagonis H2), seperti Zantac (ranitidin), Tagamet (simetidin), dan Pepcid (famotidine), yang juga digunakan untuk mengobati mulas dan gangguan pencernaan, tidak memiliki risiko yang lebih tinggi.
Mengenai mengapa PPI dapat meningkatkan risiko tertular COVID-19, para peneliti mengatakan bahwa obat tersebut dapat mengurangi keasaman asam di perut, yang memudahkan patogen seperti COVID-19 untuk bertahan hidup.
“Coronavirus mudah hancur pada pH lambung kurang dari tiga, tetapi bertahan dalam pH yang lebih netral, termasuk rentang yang dibuat oleh obat-obatan seperti omeprazole (Prilosec) dan esomeprazole (Nexium),” Brennan MR Spiegel, MD, dari Cedar-Sinai Medical Center dan rekan penulis penelitian, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa PPI sedikit meningkatkan risiko [infeksi pada usus kecil], kaitan kuat yang ditemukan di sini menunjukkan patogenesis COVID-19 melalui saluran [gastrointestinal], tempat ekspresi reseptor yang digunakan virus untuk masuk tubuh, yang dikenal sebagai reseptor ACE-2, kira-kira 100 kali lipat lebih tinggi dibandingkan bagian tubuh lainnya, termasuk paru-paru. ” lanjutnya.
Banyak penelitian telah menemukan hubungan antara PPI dan efek samping, seperti peningkatan risiko infeksi, termasuk pneumonia, penyakit ginjal, kejadian kardiovaskular, patah tulang, dan demensia. Mengenai penyakit ginjal, satu studi menemukan bahwa pengguna PPI lebih mungkin mengembangkan penyakit ginjal dibandingkan dengan pengguna antagonis H2.
Darrell M. Gray II, MD, seorang ahli gastroenterologi yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan bahwa hasil tersebut menunjukkan bahwa masyarakat harus lebih berhati-hati dalam menggunakan PPI.
“Meta-analisis telah menunjukkan bahwa dosis PPI dua kali sehari tidak menawarkan manfaat dibandingkan dosis sekali sehari untuk refluks asam, dan itu tidak disetujui untuk indikasi,” katanya kepada Medscape dalam komentar pada data tersebut.
Mengingat bahwa antagonis H2 sama efektifnya dengan PPI dan tidak disertai dengan peningkatan risiko COVID-19 atau efek samping, mungkin ide yang baik untuk menggunakan obat antagonis H2 saat Anda mengalami gangguan asam lambung atau gangguan pencernaan di lain waktu.
Sumber :
Heartburn Medication May Increase Your Risk of Contracting COVID-19 https://medshadow.org/proton-pump-inhibitors-and-covid-19/
Heartburn and indigestion drugs like Prilosec could increase the risk of developing coronavirus by TWO-FOLD, new study suggests https://www.dailymail.co.uk/health/article-8502403/Heartburn-indigestion-drugs-like-Priolsec-increase-risk-developing-coronavirus.html