Majalah Farmasetika – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) siap memfasilitasi dan mendampingi para peneliti dan pelaku usaha yang ingin berkontribusi dalam pengujian klinik obat herbal dan suplemen kesehatan untuk menangkal corona disease 2019 (COVID-19).
Hal ini dilakukan sebagai upaya percepatan penanganan COVID-19 yang terus digulirkan Pemerintah Indonesia.
Pada keterangan pers usai Rapat Terbatas dengan Presiden RI Joko Widodo Senin (11/5), Menteri Riset dan Teknologi Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional menyampaikan bahwa saat ini pemerintah sedang melakukan uji klinik untuk berbagai bahan herbal Indonesia yang diharapkan bias meningkatkan daya tahan tubuh terhadap COVID-19.
Pada rapat terbatas sebelumnya Presiden RI memang menginstruksikan jajarannya agar memanfaatkan potensi sumber daya dalam negeri untuk dapat memproduksi obat dan alat kesehatan yang digunakan dalam penanganan COVID-19.
“Sumber daya tersebut baik yang berkaitan dengan industri bahan baku obat, farmasi, fitofarmaka, alat pelindung diri, masker, dan/atau ventilator,” jelas Presiden.
Selaras dengan pernyataan Presiden, BPOM menyadari bahwa Indonesia memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati yang menjadi peluang besar untuk dikembangkan, dijadikan produk inovasi, dan diteliti sebagai upaya percepatan penanganan COVID-19.
“Beberapa contoh herbal yang bisa dimanfaatkan antara lain kunyit, jahe merah, temulawak, meniran, jambu biji, daun sembung dan sambiloto, yang dapat dimanfaatkan sebagai imunomodulator,” ungkap Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito dikutip dari situs resminya (14/5/2020).
“Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh setiap orang agar terhindar dari COVID-19 adalah memelihara atau menjaga daya tahan tubuh, antara lain dengan mengonsumsi suplemen kesehatan dan obat herbal. Karena virus ini dapat dicegah apabila tubuh memiliki daya imun yang kuat, gaya hidup sehat, dan mental yang baik”, jelas Kepala Badan POM.
Untuk itu Badan POM terus mendorong percepatan penelitian Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) dan jamu. Hari ini, Kamis (14/05) Badan POM menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) yang diikuti oleh para peneliti dan akademisi dari perguruan tinggi dan Lembaga riset, pelaku usaha industri obat tradisional dan suplemen kesehatan, praktisi herbal, perwakilan Kementerian/Lembaga, asosiasi di bidang obat tradisional dan suplemen kesehatan, serta para pemerhati jamu.
“Tantangan obat berbahan alam/herbal sebagai produk untuk kuratif, karena itu FGD ini kami selenggarakan sebagai ajang berdiskusi dan berbagi informasi tentang mekanisme peningkatan daya tahan tubuh dalam menangkal virus COVID-19,” ujar Kepala Badan POM.
“Dalam FGD ini juga akan dibahas bagaimana uji klinik untuk obat herbal dalam mendorong OMAI dan jamu sebagai penangkal COVID-19 dalam kemandirian pengobatan yang berperan bagi ketahanan tubuh untuk upaya promotif, preventif, dan kuratif,” lanjut Kepala Badan POM.
Pada kesempatan FGD ini, Badan POM melakukan soft launching 10 (sepuluh) buku informasi di bidang Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan dalam rangka menghadapi COVID-19, yaitu Buku Pedoman Penggunaan Herbal dan Suplemen Kesehatan dalam Menghadapi COVID-19 di Indonesia, Buku Informatorium Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) di Masa Pandemi COVID-19, Buku Saku Obat Tradisional untuk Daya Tahan Tubuh, Buku Saku Suplemen Kesehatan untuk Memelihara Daya tahan Tubuh Menghadapi COVID-19 seri vitamin C, vitamin D, vitamin E, Probiotik, Zink, dan Selenium, serta Buku Cerdas Memilih dan Mengonsumsi Herbal, Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan dalam Menghadapi Pandemi COVID-19.
Kepala BPOM menegaskan bahwa BPOM siap memfasilitasi dan mendampingi para peneliti dan pelaku usaha yang ingin berkontribusi dalam pengujian klinik obat herbal dan suplemen kesehatan untuk menangkal COVID-19.
“Mari bersama kita lawan COVID-19, sehingga bangsa Indonesia bisa segera pulih kembali.” tutup Kepala Badan POM.