farmasetika.com – Perusahaan farmasi asal India, Macleods Pharmaceutical, memulai investasi kerjasama dengan perusahaan farmasi dalam negeri, PT. Sampharindo Perdana membentuk PT. Sampharindo Retroviral Indonesia (SRI) dengan membangun fasilitas produksi obat antivirus baru.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Penny K. Lukito Badan POM meresmikan fasilitas produksi PT. Sampharindo Retroviral Indonesia (SRI) di Kawasan Industri Tambak Aji Semarang, Kamis (27/02) bersama dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Investasi asing di bidang farmasi meningkat
Investasi asing bidang industri farmasi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan. Pembangunan dan pengembangan industri farmasi ini selaras dengan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Rencana Induk Pembangunan Nasional (RIPIN) 2015-2035, di mana salah satu industri yang menjadi perhatian adalah industri farmasi, kosmetik, dan makanan.
Hal ini juga sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi yang diharapkan akan terus mendorong dunia usaha untuk mengembangkan inovasi dan daya saing di pasar internasional.
Badan POM mendukung munculnya industri baru
Badan POM sangat mendukung munculnya industri baru dengan teknologi mutakhir. Selain membuktikan adanya iklim investasi yang positif di Indonesia, hal tersebut juga menjadi sarana terjadinya transfer teknologi, penyerapan tenaga kerja lokal, dan untuk memenuhi kebutuhan obat yang memenuhi standar keamanan, khasiat, dan mutu.
“Pemilihan jenis fasilitas produksi obat anti-retroviral kami yakini merupakan strategi yang tepat, mengingat kebutuhan obat-obat anti-retroviral khususnya obat HIV/AIDS yang sangat besar dan mendesak,” jelas Kepala Badan POM. “Produk yang dihasilkan, diharapkan tidak hanya mampu menyuplai kebutuhan pasar dalam negeri sejalan dengan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), namun juga mampu menembus pasar global, sehingga dapat meningkatkan devisa negara,” harapnya.
“Dalam kurun waktu 2014-2019 terdapat 15 investasi industri farmasi asing yang telah beroperasi, termasuk SRI serta 2 industri yang masih dalam proses pembangunan. Seluruh investasi industri farmasi tersebut ditargetkan memenuhi kebutuhan bahan baku dan produk obat esensial dalam negeri, selain juga untuk kebutuhan ekspor antara lain berupa produk biologi, produk onkologi, dan produk anti-retroviral,” ujar Kepala Badan POM.
Untuk mendukung terciptanya iklim investasi “ease of doing business” di Indonesia, Badan POM berupaya melakukan berbagai perbaikan dalam tata laksana pelayanan publik, termasuk melakukan efisiensi pengawasan pre-market dan peningkatan efektivitas pengawasan post-market, baik melalui upaya deregulasi, simplifikasi proses registrasi dan sertifikasi fasilitas, serta pembinaan melalui pendampingan.
Percepatan sertifikasi fasilitas dan produk
Selain itu, Badan POM memberikan penghargaan berupa insentif percepatan proses sertifikasi fasilitas dan produk serta inisiasi Business to Business Meeting untuk peluang ekspor bagi pelaku usaha yang telah memenuhi ketentuan dan melakukan inovasi.
SRI yang merupakan industri joint venture antara perusahaan farmasi India dengan perusahaan farmasi dalam negeri ini merupakan salah satu contoh upaya percepatan sertifikasi fasilitas oleh Badan POM, di mana pembangunan fisik dimulai dari November 2017 sampai dengan Januari 2019 dan pada bulan Oktober 2019 telah diterbitkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sebagai bukti kelayakan fisik untuk memproduksi obat. Sekaligus menjadi contoh percepatan proses registrasi obat, di mana pengajuan registrasi dilakukan pada November 2019 dan Nomor Izin Edar (NIE) untuk 2 jenis obat baru telah dikeluarkan pada Februari 2020. 2 produk anti-retroviral impor produksi SRI, yaitu Telado dan Telavir, yang merupakan obat HIV impor dari Macleod.
Bersamaan dengan acara peresmian hari ini, Badan POM mengapresiasi pembangunan SRI dengan memberikan sertifikat CPOB dan NIE untuk obat anti-retroviral. Dengan demikian, diharapkan dapat semakin mendorong SRI agar senantiasa menjaga mutu produk anti-retroviral yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta berkontribusi terhadap pengembangan produk melalui Research & Development dan hilirisasi penelitian dalam rangka mewujudkan kemandirian obat di Indonesia.
Sumber : Investasi Industri Farmasi untuk Wujudkan Kemandirian Produksi Obat di Indonesia https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/532/Investasi-Industri-Farmasi-untuk-Wujudkan-Kemandirian-Produksi-Obat-di-Indonesia.html