4. Terapi Hormonal
Kontrasepsi oral juga dapat membantu mencegah jerawat dengan mengatur kadar hormon. Kontrasepsi yang saat ini disetujui oleh FDA untuk pengobatan jerawat yaitu ethynil estradiol/norgestimate, thinyl estradiol/norethindrone acetate/ferrous fumarate, ethinyl estariol/dropirenone, dan ethinyl estradiol/drospirenone/levomefolate. Kontrasepsi ini menurunkan produksi androgen dan mengikat testosteron yang bersirkulasi bebas untuk mencegah aktivasi reseptor androgen, mencegah pembentukan jerawat akibat hormon.
Apoteker harus memberikan informasi pada pasien bahwa kontrasepsi harus digunakan secara teratur selama 3 bulan untuk memperoleh pemulihan yang signifikan pada jerawatnya. Akan tetapi jika dikombinasikan dengan pengobatan topikal, pasien dapat lebih cepat mengalami pemulihan. Pasien juga harus diberi informasi mengenai efek samping yang mungkin terjadi, meliputi menstruasi yang tidak teratur, gangguan pencernaan, kram, mual, muntah, payudara kaku, dan perubahan pada sekret vaginal.
Kontrasepsi oral mengatasi jerawat dengan sangat efektif, tetapi pasien harus mempertimbangkan risiko dan efek samping yang mungkin terjadi. Efek samping berat jangka panjang yang mungkin terjadi di antaranya penggumpalan darah, kanker payudara, kanker serviks, penurunan massa tulang, dan penurunan produksi estrogen alami.
Spironolakton juga dapat diresepkan untuk pengobatan jerawat karena kerja antagonis reseptor aldosteron yang kuat, menurunkan pengikatan testosteron dan dihidrotestosteron pada reseptor aldosteron di sel-sel kulit. Spironolakton biasanya dihindari untuk pria karena adanya kemungkinan pembentukan ginokomastia, tetapi biasanya dapat ditoleransi dan efektif pada wanita. Efek samping yang umum terjadi di antaranya peningkatan frekuensi urinasi, menstruasi yang tidak teratur, pembesaran/kekakuan payudara, sakit kepala, pusing, dan kelelahan. Jika digunakan secara bersamaan dengan kontrasepsi, pasien dapat mengalami hiperkalemia dan harus diawasi. Akan tetapi, pasien yang lebih muda dan lebih sehat biasanya tidak mengalami masalah dan perubahan hiperkalemianya sangat rendah. Spironolakton belum tersedia di Indonesia.
5. Isotretinoin
Isotretinoin merupakan suatu isomer asam retinoat dan disetujui oleh FDA untuk jerawat parah yang resisten terhadap pengobatan lainnya. Isotretinoin mengurangi produksi sebum, lesi jerawat, luka, dan bahkan ansietas dan depresi.
Dosis awalnya 0,5 mg/kg/hari dan ditingkatkan 1 mg/kg/hari untuk mempertahankan dosis. Beberapa pasien dapat menoleransi dosis yang lebih tinggi, tetapi penelitian menunjukkan pasien yang mengonsumsi dalam dosis pertahanan memiliki laju kambuh yang jauh lebih rendah dan jerawat dapat diatasi.
Pasien harus menghindari kehamilan selama penggunaan obat ini karena risiko teratogeniknya. Selain informasi efek samping obat (gangguan pencernaan, kulit kering/mengelupas, mudah marah, dan depresi), apoteker juga harus menyarankan baik pria maupun wanita untuk menggunakan dua jenis kontrasepsi saat pasien atau pasangannya mengonsumsi obat ini, biasanya berupa kontrasepsi obat dan kondom untuk pria.
Sumber: http://www.pharmacytimes.com/contributor/brittany-myers-pharmd/2016/09/how-to-manage-acne-vulgaris#sthash.5Jy2woLH.dpuf