Download Majalah Farmasetika
kesalahan pengobatan

6 Kesalahan Umum dalam Penggunaan Obat Ini Bisa Berakibat Serius

Kesalahan 3: Melewatkan Dosis Penggunaan Obat

Beberapa orang sengaja melewatkan satu atau dua kali penggunaan obat untuk menghemat biaya. Beberapa orang lainnya secara tidak sengaja melewatkan dosis karena lupa. Akan tetapi, hal ini berbahaya, terutama untuk obat-obat memerlukan kadar yang tetap dalam darah, meliputi antibiotik, pengencer darah warfarin, dan obat-obat diabetes dan penurun tekanan darah. Untuk obat-obat lainnya, seperti pil anti-anxietas, terlewatnya satu dosis dapat memicu kembalinya gejala.

Solusi: Jika Anda melewatkan dosis karena alasan biaya dan Anda menggunakan obat-obat bermerek, tanyakan pada dokter Anda apakah tersedia obat generik atau apakah ada obat bermerek dengan harga yang lebih murah. Jika Anda menggunakan obat generik tetapi masih mahal, periksa apakah obat tersebut termasuk ke dalam program diskon obat-generik.

Strategi pengingat dan menggunakan wadah penyimpanan sederhana dapat membantu Anda mengingatkan jika Anda terus-menerus lupa mengonsumsi obat pada waktunya. Misalnya, simpan botol obat di tempat yang mudah terlihat (dan aman) atau tempelkan jadwal minum obat di pintu lemari es. Strategi lainnya yang dapat membantu yaitu dengan mengonsumsi obat pada waktu yang sama setiap harinya, misalnya saat sarapan atau sebelum tidur.

Banyak orang menggunakan wadah penyimpanan obat dengan sekat kompartemen harian untuk penggunaan satu minggu (pill box). Beberapa produk memiliki dua, tiga, atau empat kompartemen harian untuk pasien yang diharuskan mengonsumsi obat beberapa kali sehari. Pill box yang disertai alarm juga tersedia atau gunakan aplikasi pengingat yang dapat mengirimkan peringatan ke ponsel Anda saat tiba waktunya mengonsumsi obat.

[Baca : Apakah Robot Pillo Bisa Mengancam Keberadaan Apoteker di Masa Depan?]

Kesalahan 4: Mengonsumsi Obat Bersama Makanan yang Salah

Beberapa makanan dan obat dapat berinteraksi, terutama anggur—buah dan jusnya—yang dapat berinteraksi berbahaya dengan lebih dari 50 jenis obat, meliputi obat-obat penurun kolesterol golongan statin, obat-obat penurun darah tinggi, dan obat-obat alergi. Pada beberapa obat ini, anggur dapat meningkatkan efek obat secara signifikan, sedangkan untuk beberapa obat lainnya, anggur menurunkan kadar obat dalam darah sehingga Anda tidak memperoleh dosis yang cukup.

Baca :  Pemerintah Thailand Melegalkan Ganja untuk Obat dan Penelitian

Pisang, yang kaya akan kalium, juga dapat memiliki efek yang besar jika dikonsumsi dengan obat-obat seperti inhibitor ACE yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah atau gagal jantung. Karena obat-obat ini meningkatkan kadar kalium, mengonsumsinya bersamaan dengan pisang dapat mengakibatkan kadar kalium yang tinggi serta denyut jantung yang tidak stabil dan palpitasi jantung.

Solusi: Setiap kali Dokter meresepkan Anda resep baru, tanyakan apakah makanan dan minuman apa yang perlu dihindari. (Pelajari lebih lanjut mengenai makanan-makanan yang dapat berinteraksi dengan obat.)

Kesalahan 5: Memotong Obat yang Tidak Boleh Dipotong

Memotong obat—biasanya dibagi dua—terkadang dapat membantu Anda menghemat biaya dan aman dilakukan pada banyak obat, Akan tetapi, memotong beberapa obat tertentu dapat menyebabkan masalah yang serius, terutama pada obat-obat dengan kerja panjang atau dengan pelepasan diperpanjang, seperti opioid oxicodone, antidepresan duloxetine, dan obat nyeri ulu hati omeprazol. Memotong obat-obat ini dapat merusak lapisan penyalut khusus yang dirancang untuk melepaskan obat secara perlahan.

Solusi: Sebelum Anda memotong obat, diskusikan dengan Dokter atau Apoteker untuk mengetahui apakah tindakan ini aman dan tepat. Jika diperbolehkan, potong obat hanya dengan alat pemotong obat. Penelitian menemukan bahwa perangkat yang tidak mahal ini, yang banyak tersedia di apotek dan toko-toko besar, merupakan cara terbaik untuk membagi obat menjadi dua sama rata.

Kesalahan 6: Mengonsumsi Obat yang Tidak Berefek Pada Kondisi Anda

Kesalahan obat untuk suatu kondisi umumnya yaitu mengonsumsi antibiotik untuk penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti selesma atau flu. Banyak pasien meminta obat pada dokter saat mengalami infeksi virus tersebut dan dokter sering kali masih meresepkan antibiotik jika pasien memintanya, meskipun mengetahui bahwa hal ini tidak membantu. Pada survei terbaru Consumer Report terhadap 1.000 orang dewasa, satu dari lima pasien yang diresepkan antibiotik memang memintanya.

Akan tetapi, antibiotik tidak akan membantu Anda pulih lebih cepat dan mengonsumsi antibiotik saat Anda tidak membutuhkannya akan menyebabkan munculnya resistensi bakteri. Hal ini kemudian dapat meningkatkan kecenderungan antibiotik menjadi tidak bekerja saat Anda benar-benar membutuhkannya. Obat-obat ini juga dapat menyebabkan efek samping seperti diare, mual, dan muntah.

Baca :  AR101 : Obat Pereda Alergi Kacang Pertama Di Dunia

Solusi: Lakukan vaksinasi flu setiap tahun untuk membantu Anda melindungi diri dari penyakit. Jika Anda terkena selesma atau flu, lakukan banyak istirahat dan minum air putih. Obat-obat antivirus seperti Tamiflu (oseltamivir) dan Relenza (zanamivir) dapat menjadi pilihan untuk pasien paruh baya, pasien panti jompo, dan pasien-pasien yang mengalami flu disertai risiko komplikasi. Redakan nyeri dan kurangi demam dengan asetaminofen (parasetamol) atau ibuprofen. Untuk meredakan sakit tenggorokan, kumur-kumur dengan air garam, minum minuman hangat, atau makan/minum sesuatu yang dingin.

Langkah-Langkah untuk Menghindari Kesalahan Obat di Ruang Dokter dan Apotek

Kesalahan penggunaan obat dapat dimulai dari ruang dokter atau apotek, namun langkah-langkah ini dapat membantu Anda menghindarinya:

  1. Untuk membantu mencegah interaksi berbahaya, beritahu dokter Anda semua obat-obatan (termasuk obat bebas) dan suplemen yang sedang atau pernah Anda konsumsi.
  2. Untuk setiap resep, mintalah penjelasan pada dokter mengenai lama penggunaan obat, bagaimana cara mengetahui bahwa obat tersebut bekerja, dan efek samping yang perlu diwaspadai.
  3. Mintalah dokter Anda untuk menuliskan mengapa Anda memerlukan obat tersebut pada petunjuk peresepan. Hal ini dapat membantu Apoteker untuk mengetahui kesalahan yang potensial terjadi saat penyerahan obat.
  4. Mintalah salinan nama dan dosis obat pada dokter. Bandingkan dengan obat-obat yang Anda peroleh. Pastikan wadah obat berisi dosis, obat, dan jumlah obat yang benar.
  5. Saat Anda kembali memperoleh obat, pastikan warna, penanda, bentuk, dan ukuran obatnya sama dengan resep yang sebelumnya. Jika tidak sama, periksa kembali pada Apoteker.
  6. Tebus semua obat pada satu apotek jika memungkinkan. Dengan begitu, Apoteker dapat dengan mudah melacak obat-obatan Anda dan memeriksa obat-obat yang tidak boleh dikonsumsi bersamaan atau tidak sesuai untuk Anda.

Sumber: http://www.consumerreports.org/drugs/avoid-common-medication-errors/

Share this:

About Hafshah

Hafshah Nurul Afifah, S.Farm., Apt. meraih gelar sarjana dari Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran pada tahun 2012. Gelar apoteker diperoleh dari Program Studi Profesi Apoteker Universitas Padjadjaran pada tahun 2016. Tahun 2012 hingga 2013 bekerja full-time sebagai editor buku farmasi di CV. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Saat ini masih aktif sebagai editor dan penerjemah lepas serta bekerja sebagai staff Quality Assurance di sebuah industri farmasi swasta di Bandung.

Check Also

Strategi Mengatasi Migrain pada Anak: Panduan Lengkap untuk Orang Tua dan Pasien

Majalah Farmasetika – Migrain adalah gangguan sakit kepala yang ditandai dengan serangan berulang yang menyakitkan …

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.