Download Majalah Farmasetika

Isturisa (osilodrostat), Obat Pertama untuk Terapi Penyakit Cushing

Majalah Farmasetika – Pada tanggal 6 maret 2020, FDA telah menyetujui tablet oral isturisa (osilodrostat) untuk penanganan penyakit cushing yang dialami pada orang dewasa yang tidak dapat menjalani operasi kelenjar pituitari atau telah menjalani operasi tetapi masih memiliki penyakit tersebut.

Isturisa termasuk dalam orphan drug yaitu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit atau kondisi langka.

Mengenal penyakit Cushing

Penyakit Cushing merupakan salah satu penyakit langkah yang menyebakan kelenjar adrenalin memproduksi hormone kortisol dalam jumlah yang banyak akibat pembesaran kelenjar hipofisis atau oleh stimulasi tumor hipofisis.

Penyakit Cushing disebabkan oleh tumor pituitari yang melepaskan terlalu banyak hormon adrenocorticotropin (ACTH), yang merangsang kelenjar adrenal untuk menghasilkan jumlah kortisol yang berlebihan. Penyakit ini umumnya di derita orang dewasa yang berusia antara 30 hingga 50, dan itu mempengaruhi wanita tiga kali lebih sering daripada pria.

Mekanisme kerja obat

Isturisa merupakan obat pertama yang telah disetujui FDA mengatasi kelebihan sintesis kortisol dengan cara menghambat enzim 11-beta-hidroksilase (CYP11B1) yang enzim yang berperan pada biosintesis akhir dari kotisol di kelenjar adrenal.

Dosis dan administrasi

  • Mulailah pemberian dosis 2 mg oral dua kali sehari,pada pagi dan malam (tiap 12 jam) dengan atau tanpa makanan.
  • pada tahap awal, titrasi dosis 1 hingga 2 mg dua kali sehari tidak lebih sering pada setiap 2 minggu berdasarkan tingkat perubahan kortisol, tolerabilitas individu dan peningkatan tanda dan gejala penyakit Cushing. Jika seorang pasien mentolerir dosis ISTURISA 10 mg dua kali sehari dan terus meningkat kortisol bebas urin 24 jam (UFC) di atas batas normal atas, dosis dapat dititrasi lebih lanjut dengan 5 mg dua kali sehari setiap 2 minggu.
  • Dosis pemeliharaan ISTURISA bersifat individual dan ditentukan dengan titrasi berdasarkan kadar kortisol dan tanda dan gejala pasien.
  • Dosis pemeliharaan bervariasi antara 2 mg dan 7 mg dua kali sehari dalam uji klinis.
  • Maksimal dosis pemeliharaan yang disarankan ISTURISA adalah 30 mg dua kali sehari.
  • Setelah dosis pemeliharaan tercapai, pantau kadar kortisol setidaknya setiap 1-2 bulan atau seperti yang ditunjukkan.
Baca :  Jepang Negara Pertama Setujui Ondexxya untuk Terapi Pendarahan yang Mengancam Jiwa

Efek Samping

Efek samping yang paling umum dilaporkan dalam uji klinis untuk Isturisa adalah insufisiensi adrenal, sakit kepala, muntah, mual, kelelahan dan edema (pembengkakan yang disebabkan oleh retensi cairan). Hipokortisolisme (kadar kortisol rendah), perpanjangan QTc (kondisi irama jantung) dan peningkatan prekursor hormon adrenal (zat tidak aktif yang diubah menjadi hormon) dan androgen (hormon yang mengatur karakteristik pria) juga dapat terjadi pada orang yang memakai Isturisa.

Uji Klinik

FDA menyetujui ISTURISA berdasarkan bukti dari satu uji klinis LINC-3 fase 3 (NCT02180217) dari 137 pasien (sekitar tiga perempat adalah wanita, yang memiliki usia rata-rata 41 tahun) dengan penyakit Cushing. Secara keseluruhan, 96% pasien pernah menerima perawatan sebelumnya untuk penyakit Cushing sebelum memasuki studi, di mana 88% telah menjalani operasi.

Keamanan dan kemanjuran ISTURISA dinilai dalam selama 48 minggu (disebut Periode Inti) yang terdiri dari empat periode studi sebagai berikut:

  • Periode 1: 12 minggu, label terbuka, periode titrasi dosis
  • Periode 2: 12 minggu, label terbuka, periode perawatan pemeliharaan
  • Periode 3: periode perawatan penarikan acak 8-minggu, double-blind, terkontrol plasebo, yang menyediakandata untuk titik akhir kemanjuran primer
  • Periode 4: periode perawatan label terbuka dengan durasi 14 hingga 24 minggu

Pasien diberi ISTURISA dengan dosis awal 2 mg yan dapat ditingkatkan setiap 2 minggu hingga 30 mg, dua kali sehari. Setelah akhir dua periode pertama (24 minggu), 71 pasien memenunjukkan penurunan kadar kortison hingga batas normal (sehingga tidak diperlukan peningkatan dosis obat). Pada periode ketiga (yang berlangsung 8 minggu), dari 71 pasien tersebut kemudian dibagi menjadi 2 kelompok secara acak dimana 36 pasien tetap melanjutkan isturisa dan 35 lainya beralih ke placebo. Pada akhir periode, hasil uji menunjukkan 86% pasien yang menerima Isturisa mempertahankan kadar kortisol dalam batas normal dibandingkan dengan 30% pasien yang menggunakan plasebo.

Baca :  Nasal Spray Diazepam, Sediaan Baru untuk Epilepsi

Sumber

https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/fda-approves-new-treatment-adults-cushings-disease

https://www.fda.gov/drugs/drug-approvals-and-databases/drug-trial-snapshot-isturisa

https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2020/212801s000lbl.pdf

Share this:

About Restu Harisma Damayanti

Check Also

ibuprofen

Kesulitan dalam Pemberian Paracetamol dan Ibuprofen Tanpa Resep kepada Anak-anak Dapat Mengakibatkan Kesalahan Dosis

Majalah Farmasetika – Hasil studi menunjukkan bahwa lebih dari 40% pengasuh melakukan kesalahan dosis saat …

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.