Majalah Farmasetika – Lazertinib, yang dikombinasikan dengan amivantamab-wmjw, telah disetujui oleh FDA sebagai terapi lini pertama untuk Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC) dengan mutasi EGFR exon 19 deletions atau mutasi substitusi exon 21 L858R. Studi MARIPOSA fase III menunjukkan bahwa kombinasi ini meningkatkan PFS secara statistik dengan rasio bahaya 0,70 (interval kepercayaan [CI] 95%: 0,58, 0,85; nilai-p=0,0002). Median PFS pada kelompok lazertinib dengan amivantamab adalah 23,7 bulan (CI 95%: 19,1, 27,7), sedangkan pada kelompok osimertinib adalah 16,6 bulan (CI 95%: 14,8, 18,5). Lazertinib memiliki efek sampingan seperti ruam, toksisitas kuku, reaksi terkait infus, nyeri muskuloskeletal, edema, stomatitis, tromboemboli vena, parestesia, kelelahan, diare, konstipasi, infeksi COVID-19, pendarahan, kulit kering, nafsu makan menurun, pruritus, mual, dan toksisitas okular. Mekanisme kerja lazertinib melibatkan pengikatan spesifik pada tyrosinase kinase domain EGFR. Lazertinib memiliki prospek yang baik untuk digunakan di Indonesia dalam pengobatan NSCLC karena efektivitas dan keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan osimertinib serta persetujuan FDA untuk digunakan sebagai terapi lini pertama.
Pendahuluan
Berdasarkan data Global Cancer Observatory, terdapat 2,4 juta kasus baru kanker paru di dunia, yang setara dengan 12,4% dari keseluruhan jenis kanker di dunia pada tahun 2022. Kanker paru di Indonesia pada tahun 2022 menempati urutan ke-2 setelah kanker payudara, dengan jumlah kasus baru 9,5% dari keseluruhan kasus kanker dengan presentase kematian mencapai 14,1%. Kanker paru yang paling umum ditemukan adalah non-small cell lung cancer (NSCLC) (Ferlay J, 2024). Kasus NSCLC mencakup sekitar 85% dari keseluruhan kanker paru, diikuti dengan 15% pada kasus small cell lung cancer (SCLC) (Basumallik N, 2023). NSCLC meliputi tiga jenis utama yaitu adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma sel besar (NIH, 2024). Saat ini telah ditemukan pengobatan baru untuk NSCLC.
Pada 19 Agustus 2024, FDA (U.S Food and Drug Administration) menyetujui Lazertinib (Lazclude, Janssen Biotech, Inc.) yang dikombinasikan dengan amivantamab-wmjw (Rybrevant, Janssen Biotech, Inc.) sebagai pengobatan lini pertama kanker paru NSCLC stadium lanjut atau metastasis dengan epidermal growth factor receptor (EGFR) exon 19 deletions atau mutasi substitusi exon 21 L858R (FDA, 2024).
Obat ini disetujui berdasarkan studi yang dilakukan dengan MARIPOSA (NCT04487080) untuk mengevaluasi khasiat. Uji coba dilakukan multisenter, terkontrol aktif, dan acak terhadap 1074 pasien dengan delesi ekson 19 atau substitusi L858R ekson 21 yang positif mutasi NSCLC metastasis atau lokal lanjut dan tidak ada terapi sistemik sebelumnya untuk penyakit lanjut. Pasien diacak (2:2:1) untuk menerima lazertinib dalam kombinasi dengan amivantamab, monoterapi osimertinib, atau monoterapi lazertinib (regimen yang tidak disetujui untuk NSCLC) hingga terjadi perkembangan penyakit atau toksisitas yang tidak dapat diterima. Lazertinib dengan amivantamab menunjukkan peningkatan PFS (progression-free survival) yang signifikan secara statistik dibandingkan dengan osimertinib dengan rasio bahaya sebesar 0,70 (interval kepercayaan [CI] 95%: 0,58, 0,85; nilai-p=0,0002). PFS median adalah 23,7 bulan (CI 95%: 19,1, 27,7) pada kelompok lazertinib dengan amivantamab dan 16,6 bulan (CI 95%: 14,8, 18,5) pada kelompok osimertinib (FDA, 2024).
Informasi Obat
Dosis lazertinib yang direkomendasikan adalah 240 mg secara oral sekali sehari dengan dikombinasikan dengan amivantamab. Indikasi obat lazertinib kombinasi dengan amivantamab adalah sebagai terapi non-small cell lung cancer (NSCLC) (FDA, 2024).
Obat ini memiliki efek samping diantaranya ruam, toksisitas kuku, reaksi terkait infus (amivantamab), nyeri muskuloskeletal, edema, stomatitis, tromboemboli vena, parestesia, kelelahan, diare, konstipasi, infeksi COVID-19, pendarahan, kulit kering, nafsu makan menurun, pruritus, mual, dan toksisitas okular (FDA, 2024). Mekanisme kerja lazertinib yaitu dengan secara spesifik mengikat and menginaktivasi tyrosinase kinase domain EGFR, terutama pada mutasi T790M dan aktivasi EGFR Ex19del dan L858R (Dhillon, 2021; Lee et al., 2022).
Lazertinib dapat diabsorpsi oral dengan baik tanpa memerlukan makanan untuk meningkatkan absorpsi, studi menunjukkan sistemekspose sistemik lazertinib tidak berbeda signifikan pada kondisi dengan makanan atau tanpa makanan, dengan perubahan sistemekspose kurang dari 15%.
Kebaruan
Pembaruan pada obat lazertinib adalah menjadi terapi lini pertama NSCLC dengan kombinasi dengan amivantamab-wmjw. Kombinasi ini mampu menargetkan spesifik terhadap mutasi EGFR exon 19 deletions atau mutasi substitusi exon 21 L858R (FDA, 2024).
Pada saat ini, terapi pengobatan NSCLC di Indonesia, terutama yang menargetkan mutasi exon 19 menggunakan obat golongan Tyrosinase Kinase Inhibitor (TKI), diantaranya osimertinib (Ermawati, 2023). Pada hasil uji klinis diketahui bahwa lazertinib kombinasi dengan amivantamab-wmjw memiliki PFS yang lebih lama dibandingkan dengan osimertisib (FDA, 2024). Pengujian profil keamanan menunjukkan bahwa lazertinib tidak bertindak sebagai substrat BCRP dan hanya sebagai substrat MDR1 secara lemah, hal ini memungkinankan laertinib tidak terpengaruh oleh tranportasi efus BBBS. Sedangkan osimertinib diketahui bertindak sebagai substrat BCRP dan MDR1 sehingga memungkinkan untuk terpengaruh oleh tranportasi efus BBBS, yang dapat mempengaruhi efektivitasnya dalam mengobati lesi otak dalam kasus kanker paru yang telah menyebar ke otak (Lee et al., 2022).
Kesimpulan
Lazertinib telah disetujui oleh FDA sebagai terapi lini pertama untuk NSCLC dengan mutasi EGFR exon 19 deletions atau exon 21 L858R substitution mutations, menunjukkan efektivitas yang signifikan dalam mengurangi kemajuan penyakit dan meningkatkan PFS. Hal ini menunjukkan bahwa lazertinib memiliki prospek yang baik untuk digunakan di Indonesia dalam pengobatan NSCLC, terutama pada pasien dengan mutasi EGFR. Efektivitas dan keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan osimertinib serta persetujuan FDA untuk digunakan sebagai terapi lini pertama menunjukkan bahwa lazertinib dapat menjadi alternatif yang efektif dalam strategi pengobatan NSCLC di Indonesia.
Referensi
Basumallik N, A. M. (2023, 2023 Jul 10). Small Cell Lung Cancer. Treasure Island (FL): StatPearls. Retrieved 25 August 2024 from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482458/
Dhillon, S. (2021). Lazertinib: First Approval. Drugs, 81(9), 1107-1113. https://doi.org/10.1007/s40265-021-01533-x
Ermawati, N. (2023). KAJIAN NARATIF: DRUG TARGET THERAPY PADA PASIEN NON SMALL CELL LUNG CANCER (NSCLC) DENGAN MUTASI EGFR POSITIF. Jurnal Farmasi dan Kesehatan Indonesia, Volume III Nomor 1, pp. 014 – 025.
FDA. (2024). FDA approves lazertinib with amivantamab-vmjw for non-small lung cancer. Retrieved 15 August 2024 from https://www.fda.gov/drugs/resources-information-approved-drugs/fda-approves-lazertinib-amivantamab-vmjw-non-small-lung-cancer
Ferlay J, E. M., Lam F, Laversanne M, Colombet M, Mery L, Piñeros M, Znaor A, Soerjomataram I, Bray F. (2024). Global Cancer Observatory: Cancer Today (version 1.1). Lyon, France: International Agency for Research on Cancer. Retrieved 25 August 2024 from https://gco.iarc.who.int/today
Lee, J., Hong, M. H., & Cho, B. C. (2022). Lazertinib: on the Way to Its Throne. Yonsei Med J, 63(9), 799-805. https://doi.org/10.3349/ymj.2022.63.9.799
NIH. (2024). National Cancer Institute: Non-Small Cell Lung Cancer Treatment (PDQ®)–Health Professional Version. Retrieved 25 August 2024 from https://www.cancer.gov/types/lung/hp/non-small-cell-lung-treatment-pdq