Download Majalah Farmasetika

Misteri Terjadinya Komplikasi Mematikan Pembekuan Darah Akibat COVID-19

Majalah Farmasetika – Beberapa penelitian di balik komplikasi COVID-19 yang mematikan telah dirangkum di Nature pada 5 Mei 2020.

Ruam ungu, kaki membengkak, kateter tersumbat dan kematian mendadak – gumpalan darah, besar dan kecil, merupakan komplikasi yang sering terjadi pada COVID-19, dan para peneliti baru mulai mengurai alasannya.

Selama berminggu-minggu, laporan telah menuangkan efek penyakit di seluruh tubuh, banyak di antaranya disebabkan oleh pembekuan.

“Ini seperti badai gumpalan darah,” kata Behnood Bikdeli, mahasiswa kardiologi tahun keempat di Universitas Columbia di New York City.

Siapa pun dengan penyakit parah berisiko mengalami pembekuan, tetapi pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 tampaknya lebih rentan lagi.

Studi dari Belanda dan Perancis menunjukkan bahwa gumpalan muncul pada 20% hingga 30% pasien COVID-19 yang kritis.

Para ilmuwan memiliki beberapa hipotesis yang masuk akal untuk menjelaskan fenomena tersebut, dan mereka baru saja memulai studi yang bertujuan untuk mendapatkan wawasan mekanistik. Tetapi dengan meningkatnya jumlah kematian, mereka juga berebut untuk menguji obat-obatan pencegah gumpalan darah.

Petaka Ganda

Gumpalan darah, gumpalan sel dan protein berbentuk seperti jeli, adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan pendarahan.

Beberapa peneliti melihat pembekuan darah sebagai karakteristik kunci COVID-19. Tapi bukan hanya penggumpalan yang membuat para ilmuwan bingung, tapi juga bagaimana penggumpalan itu bisa terjadi.

“Ada begitu banyak hal yang muncul yang agak tidak biasa,” kata James O’Donnell, direktur Pusat Biologi Vaskular Irlandia di Royal College of Surgeons di Dublin.

Pengencer darah tidak dapat mencegah pembekuan pada orang dengan COVID-19, dan banyak orang meregang nyawa akibat stroke yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh di otak.

Dan banyak orang di rumah sakit D-dimmer atau fragmen proteinnya yang meningkat secaradrastis, yang dapat terbentuk ketika gumpalan darahnya mencair.

Tingkat D-dimer yang tinggi tampaknya menjadi prediktor kuat mortalitas pada pasien rawat inap yang terinfeksi virus corona.

Para peneliti juga mengamati gumpalan yang lebih kecil di pembuluh terkecil di tubuh. Jeffrey Laurence, ahli hematologi di Weill Cornell Medicine di New York City, dan rekan-rekannya memeriksa sampel paru-paru dan kulit dari tiga orang yang terinfeksi COVID-19 dan menemukan bahwa kapiler tersumbat oleh gumpalan.

Grup lain, termasuk tim yang dipimpin oleh O’Donnell, telah melaporkan temuan serupa.

“Ini bukan yang Anda harapkan untuk melihat pada seseorang yang baru saja mengalami infeksi yang parah,” katanya.

Baca :  PP IAI : Apoteker Berperan Penting Sukseskan Vaksinasi COVID-19

“Ini benar-benar hal yang sangat baru.” Ini mungkin membantu menjelaskan mengapa beberapa orang memiliki pembacaan oksigen-darah yang sangat rendah, dan mengapa ventilator sering kali tidak membantu. Itu adalah “double hit”,” kata O’Donnell.

Pneumonia menyumbat kantung-kantung kecil di paru-paru dengan cairan atau nanah, dan mikroklot menghalangi aliran darah beroksigen agar tidak bergerak melaluinya.

Dampak virus

Mengapa pembekuan ini terjadi masih merupakan misteri. Satu kemungkinan adalah bahwa SARS-CoV-2 secara langsung menyerang sel-sel endotel yang melapisi pembuluh darah. Sel-sel endotel memiliki reseptor ACE2 yang sama yang digunakan virus untuk memasuki sel-sel paru-paru.

Dan ada bukti bahwa sel-sel endotel dapat terinfeksi. Para peneliti dari University Hospital Zurich di Jerman dan Brigham and Women’s Hospital di Boston, Massachusetts, mengamati SARS-Cov-2 dalam sel-sel endotel di dalam jaringan ginjal.

Pada individu yang sehat, pembuluh darah adalah “pipa yang dengan lapisan yang licin”, kata Peter Liu, kepala petugas ilmiah di University of Ottawa Heart Institute. Lapisan itu secara aktif menghentikan pembentukan gumpalan.

Tetapi infeksi virus dapat merusak sel-sel ini, mendorong mereka untuk mengeluarkan protein yang memicu proses tersebut.

Efek virus pada sistem kekebalan tubuh juga dapat memengaruhi pembekuan.

Pada beberapa orang, COVID-19 mendorong sel-sel kekebalan untuk melepaskan sinyal kimia yang mengakibatkan peradangan, yang terkait dengan koagulasi dan pembekuan darah pada berbagai saluran.

Dan virus muncul untuk mengaktifkan sistem komplemen, yaitu mekanisme pertahanan yang juga memicu pembekuan.

Kelompok Laurence menemukan bahwa pembuluh kecil yang tersumbat di paru-paru dan jaringan kulit dari orang dengan COVID-19 dipenuhi dengan protein komplemen.

Semua sistem ini komplemen, peradangan, koagulasi adalah saling terkait, kata Agnes Lee, direktur Program Penelitian Hematologi di University of British Columbia di Vancouver, Kanada.

“Pada beberapa pasien dengan COVID, semua sistem itu termasuk dalam keadaan hyperdrive.” Lanjut Lee.

Tetapi Lee menambahkan bahwa mungkin saja ada faktor-faktor lain yang berperan yang tidak spesifik untuk COVID-19. Orang yang memerlukan perawatan di rumah sakit biasanya memiliki sejumlah faktor risiko yang dapat menyebabkan penggumpalan.

Mereka mungkin sudah berusia lanjut atau kelebihan berat badan, dan bisa juga memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes. Mereka datang dengan demam tinggi dan, karena mereka sakit parah, mungkin tidak bisa bergerak.

Baca :  WHO : Varian COVID Triple-Mutan dari India Jadi Ancaman Kesehatan Global

Penggumpalan darah mungkin merupakan kecenderungan genetik yang mereka miliki, ditambah dengan penggunaan obat yang meningkatkan risiko.

“Itu seperti ungkapan sebuah badai yang sempurna” lanjutnya

Berpacu dengan terapi baru.

Bahkan ketika para peneliti mulai mengungkap bagaimana pembekuan terjadi pada orang-orang dengan COVID-19, mereka dengan segera menguji terapi baru yang bertujuan mencegah dan mengenceran penggumpalan darah.

Obat pengencer darah adalah standar perawatan untuk pasien di unit perawatan intensif, dan tak terkecuali juga mereka yang menderita COVID-19. Tetapi dosis adalah masalah yang masih harus diperdebatkan.

“Pertanyaannya sekarang adalah, seberapa agresif kita dapat melakukannya?” kata Robert Flaumenhaft, kepala divisi homeostasis dan trombosis di Beth Israel Deaconess Medical Center di New York City.

Para peneliti dari Fakultas Kedokteran Mount Sinai, juga di New York City, melaporkan bahwa pasien Covid 19 yang dirawat dengan ventilator di rumah sakit yang menerima pengencer darah memiliki angka kematian yang lebih rendah daripada mereka yang tidak menggunakan pengencer darah.

Tetapi para akhli tidak bisa mengesampingkan penjelasan-penjelasan lain untuk pengamatan, disamping itu dosis tinggi obat ini memiliki risiko.

Di Universitas Columbia di New York City, para peneliti mulai melakukan uji klinis untuk membandingkan efek pengencer darah dosis standar dengan dosis yang lebih tinggi pada orang dengan gejala kritis COVID-19.

Uji coba serupa juga direncanakan di Kanada dan Swiss. Dan para ilmuwan di Beth Israel Deaconess Medical Center telah memulai pendaftaran uji klinis untuk mengevaluasi obat pengencer darah yang bahkan lebih kuat lagi yang disebut tissue plasminogen activator, atau tPA.

Obat ini lebih manjur, tetapi memiliki risiko perdarahan serius yang lebih tinggi daripada pengencer darah biasa.

Para ilmuwan berharap bahwa beberapa uji klinis tersebut akan memberikan data yang diperlukan untuk membantu dokter membuat keputusan yang sulit dalam proses pengobatan. Lee khawatir tentang jumlah ‘obat reaksioner’ yang terjadi.

“Orang-orang mengubah pendekatan terapeutik mereka sebagai reaksi terhadap pengalaman lokal dan pribadi mereka,” katanya.

Dia mengerti tentang dorongannya untuk menambah dosis pengobatan,

“tapi kita harus ingat yang pertama dan utama adalah jangan sampai membahayakan pasien”. Tutupnya.

Sumber :

Coronavirus blood-clot mystery intensifies https://www.nature.com/articles/d41586-020-01403-8 Nature, May 8, 2020
By Cassandra Willyard.

Share this:

About bambang eko baskoro

Check Also

Pasca Visitasi LAM-PTKes, Unpad Siap Buka Program Spesialis Farmasi Nuklir

Majalah Farmasetika – Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad) akan segera membuka program studi baru, yaitu …

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.