Download Majalah Farmasetika

Teknologi Obat Terarah untuk Kanker: Mengenal Antibody-Drug Conjugates, Sang Penghantar Obat Cerdas

Majalah Farmasetika – Selama ini obat kanker bekerja dengan pendekatan “tembak membabi buta”, yakni menyebar ke seluruh tubuh, menyerang sel sehat dan menyebabkan efek samping. Di era pengobatan modern, pendekatan ini mulai ditinggalkan. Saat ini, dunia medis beralih ke strategi yang lebih canggih, yakni Targeted Drug Delivery System atau sistem penghantaran obat yang terarah. Sistem ini bekerja seperti paket kurir, yakni mengirim langsung obat ke alamat sel kanker, tanpa tersesat ke bagian tubuh yang sehat. Salah satu teknologi paling menjanjikan dari sistem ini adalah Antibody-Drug Conjugates (ADC), atau yang bisa kita sebut sebagai “obat pintar” untuk kanker. Teknologi ini bukan sekadar impian — ia benar-benar ada. Artikel ini mengulas bagaimana teknologi ADC bekerja, mengapa ia disebut sebagai “obat pintar” untuk kanker, serta perkembangan dan tantangan penggunaannya di dunia, termasuk di Indonesia.

Apa Itu ADC?

Antibody-Drug Conjugates (ADC) merupakan gabungan dari antibodi monoklonal (protein yang bisa mengenali target tertentu di permukaan sel kanker) dengan obat kemoterapi kuat. Antibodi monoklonal berperan sebagai GPS yang mengenali dan mengantar obat langsung ke lokasi target, yaitu sel kanker. Sementara itu, obat kemoterapinya berfungsi sebagai muatan mematikan yang akan dilepaskan begitu ADC masuk ke dalam sel target.

Begitu sampai pada permukaan sel kanker, ADC masuk ke dalam sel dan melepaskan obat kemoterapinya untuk membunuh sel tersebut dari dalam. Dengan kata lain, ADC bekerja selayaknya bom pintar yang hanya “meledak” di tempat yang tepat, yakni di dalam sel kanker, sehingga meminimalkan efek pada jaringan sehat di sekitarnya.

Teknologi ini mengubah sudat pandang terhadap pengobatan kanker. ADC menjanjikan efek terapi yang lebih kuat dengan toksisitas yang lebih rendah dibandingkan kemoterapi biasa.

Bagaimana Cara Kerja ADC?

Antibody-Drug Conjugates (ADC) terdiri dari tiga komponen utama, yakni:

  1. Antibodi monoklonal. Protein khusus yang mengenali dan menempel pada target spesifik di permukaan sel kanker.
  2. Senyawa kimia yang menjadi penghubung antara antibodi dengan obat. Bagian ini dirancang supaya stabil dalam sirkulasi darah, tetapi dapat mudah terputus begitu masuk ke dalam sel target.
  3. Obat kemoterapi. Muatan bersifat sitotoksik yang sangat kuat untuk membunuh sel kanker secara efektif begitu dilepaskan.

Ketika ADC masuk ke dalam tubuh, antibodi akan mengenali dan menempel pada permukaan sel kanker. Kemudian, ADC masuk ke dalam sel dan linkernya akan terputus sehingga obat terlepas dan sel kanker hancur. Jika diibaratkan, ADC ini seperti bom pintar yang hanya meledak saat sudah masuk ke markas musuh, bukan di jalan atau area netral.

Baca :  BPOM Temukan Produk Kosmetika Beresiko Sebabkan Kanker

Mengapa ADC itu Penting?

Antibody-Drug Conjugates (ADC) merepresentasikan sistem penghantaran obat terarah, yakni sebuah pendekatan yang hanya menyerang sel penyakit (sel target), tidak pada sel sehat. Sistem ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu menurunkan efek samping, meningkatkan efek terapi obat, dan membuka peluang besar menjanjikan bagi terapi kanker yang lebih manusiawi.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ADC mempunyai potensi besar dalam peningkatan survival rate dan kualitas hidup pasien. Sistem ini membuka peluang terapi yang lebih dipersonalisasi karena setiap antibodi dapat disesuaikan dengan karakteristik spesifik dari sel kanker tertentu.

Contoh ADC yang Sudah Disetujui dan Digunakan di Dunia

Beberapa ADC yang sudah mendapatkan persetujuan dari FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) dan digunakan secara luas di berbagai negara adalah sebagai berikut.

  1. Trastuzumab emtansine (Kadcyla®): untuk kanker payudara HER2-positif.
  2. Brentuximab vedotin (Adcetris®): untuk limfoma Hodgkin dan limfoma sel T.
  3. Enfortumab vedotin (Padcev®): untuk kanker kandung kemih.
  4. Sacituzumab govitecan (Trodelvy®): untuk kanker payudara tiga negatif (triple-negative breast cancer)

Setiap ADC memiliki “alamat pengiriman” masing-masing, dirancang untuk mengenali reseptor atau antigen spesifik di sel kanker tertentu, sehingga penggunaannya sangat tergantung pada jenis dan karakteristik sel kanker, serta diagnosis molekuler pasien.

Apakah ADC Sudah Ada di Indonesia?

Sayangnya, teknologi ADC masih belum tersedia secara luas di pasar Indonesia. Namun, kabar baiknya, Indonesia mulai menunjukkan langkah awal dalam mengadopsi terapi berbasis antibodi. Contohnya adalah serplulimab, sebuah antibodi monoklonal anti-PD-1 yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada akhir tahun 2023 untuk pengobatan kanker paru sel kecil stadium lanjut.

Walaupun serplulimab bukan ADC, kehadirannya di Indonesia menjadi sinyal positif yang menandakan bahwa negara kita mulai membuka pintu untuk terapi-targeted yang lebih modern dan presisi. Hal ini memberi harapan bahwa suatu hari nanti, seiring meningkatnya dukungan riset dan kebijakan kesehatan, teknologi ADC akan bisa diakses lebih luas oleh pasien di Tanah Air.

Tantangan dalam Pengembangan ADC

Pengembangan Antibody-Drug Conjugates (ADC) menghadapi berbagai tantangan, diantaranya adalah sebagai berikut.

  1. Pemilihan target yang tepat. Antigen yang unik di sel kanker harus dipastikan tidak terdapat di sel sehat agar ADC dapat bekerja dengan akurat dan presisi.
  2. Desain linker yang stabil tapi responsif. Desain yang tepat memastikan obat tidak terlepas di tempat yang salah.
  3. Produksi skala besar. Teknologi manufaktur biologis yang kompleks dan mahal diperlukan untuk produksi ADC pada skala besar.
Baca :  FDA Setujui Penggunaan Pembrolizumab untuk Pengobatan Kanker Paru-Paru

Akan tetapi, seiring dengan berkembangnya teknologi biofarmasetika dan rekayasa protein, tantangan-tantangan ini perlahan mulai bisa diatasi.

Harapan untuk Masa Depan

Teknologi ADC merupakan salah satu bukti bahwa era baru pengobatan kanker sudah dimulai. Era ini tidak hanya berfokus pada membunuh sel kanker, tetapi juga menjaga kualitas hidup pasien. Hal ini merupakan bagian dari revolusi pengobatan presisi, yang disesuaikan dengan karakteristik genetik dan molekuler pasien.

ADC membawa harapan baru bagi pasien kanker di dunia. Teknologi ini menawarkan pengobatan yang lebih personal, lebih tepat sasaran, dan lebih manusiawi. Di masa mendatang, teknologi ini sudah bisa hadir di Indonesia agar pasien tidak hanya mendapatkan harapan hidup lebih panjang, tetapi juga kualitas hidup yang lebih baik selama pengobatan.

Teknologi ADC juga memiliki peluang untuk dikombinasikan dengan terapi imun, terapi gen, dan teknologi nanopartikel untuk mewujudkan pendekatan multi-target yang lebih efektif dan adaptif terhadap mutasi kanker. Pendalaman riset dan pengetahuan terkait “obat pintar” ini sangat diperlukan. Semakin banyak informasi dan hasil riset yang diperoleh, semakin besar peluang untuk mendorong kemajuan riset dan kebijakan di bidang kesehatan.

Kesimpulan

Antibody-Drug Conjugates (ADC) bukan hanya sekadar inovasi teknologi, tetapi juga representasi dari harapan baru untuk terapi kanker yang lebih terarah, minim efek samping, dan memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Teknologi ini menggabungkan antibodi monoklonal dan obat kemoterapi. Meskipun terdapat berbagai tantangan dalam pengembangan dan aksesnya, kemajuan riset dan teknologi memungkinkan ADC untuk menjadi bagian penting dari masa depan terapi kanker di dunia, termasuk di Indonesia.

Daftar Pustaka

  1. Hurwitz, J.; Haggstrom, L. R.; and Lim, E. 2023. Antibody-drug conjugates: Ushering in a New Era of Cancer Therapy. Pharmaceutics. 15(8): 2017. https://doi.org/10.3390/pharmaceutics15082017
  2. Hafeez, U.; Parakh, S.; Gan, H. K.; and Scott, A. M. 2020. Antibody-drug conjugates for cancer therapy. Molecules. 25(20): 4764. https://doi.org/10.3390/molecules25204764.
  3. Liu, K.; Li, M.; Li, Y.; Li, Y.; Chen, Z.; Tang, Y.; Yang, M.; Deng, G.; and Liu, H. 2024. A review of the clinical efficacy of FDA-approved antibody‒drug conjugates in human cancers. Molecular Cancer. 23(62). https://doi.org/10.1186/s12943-024-01963-7.
  4. Cheng, Y.; et al. 2022. Serplulimab, a novel anti-PD-1 antibody, plus chemotherapy versus chemotherapy alone as first-line treatment for extensive-stage small-cell lung cancer: An international randomized phase 3 study. Journal of Clinical Oncology. 40(16): 8505-8505. https://doi.org/10.1200/JCO.2022.40.16_suppl.8505.
  5. BPOM. 2023. Persetujuan Serplulimab untuk Pengobatan Kanker Paru di Indonesia.
Share this:

About Salma Amaliah

Avatar photo
Mahasiswa Pascasarjana Farmasi di Universitas Padjadjaran

Check Also

Biodegradable Polimer: Tren Sistem Penghantaran Obat Masa Depan

Abstrak Perkembangan teknologi penghantaran obat saat ini diarahkan pada sistem yang lebih efisien, presisi, dan …

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.