Farmasetika.com – Majelis Wali Amanat Universitas Padjadjaran (Unpad) pada 28 Agustus 2019 telah menyeleksi dan memverifikasi pendaftar Bakal Calon Rektor Unpad 2019-2024. Sebanyak sembilan nama dinyatakan memenuhi kelengkapan, kesesuaian, dan keabsahan persyaratan administrasi sesuai dengan peraturan MWA Nomor 1 tahun 2019 tentang Tata Cara Pemilihan, Penetapan, dan Pelantikan Rektor Universitas Padjadjaran.
Apoteker pertama yang mencalonkan menjadi rektor
Salah satu diantaranya adalah Keri Lestari. Apoteker pertama yang menjadi calon rektor Unpad.
Berikut adalah 9 dafter bakal calon rektor Unpad dikutip dari situs resminya :
1. Prof. Arief Sjamsulaksan Kartasasmita, dr., Sp.M(K)., M.Kes., Ph.D.
2. Dr. Arry Bainus, M.A.
3. Prof. Dr. Ir. Hendarmawan, M.Sc.
4. Dr. Keri Lestari, Apt., M.Si.
5. Prof. Dr. Reiza D. Dienaputra, M.Hum.
6. Prof. Dr. Rina Indiastuti, S.E., MSIE.
7. Prof. Dr. Sri Mulyani, Ak., CA.
8. Dr. Toni Toharudin, M.Sc.
9. Prof. Dr. Unang Supratman, M.Si.
Nama-nama tersebut akan menjadi peserta Penjaringan Bakal Calon Rektor pada masa penjaringan tanggal 1-10 September 2019. Kegiatan ini difasilitasi oleh Panitia Pemilihan Rektor Universitas Padjadjaran periode 2019-2024.
Saat ini Dr. Keri Lestari, MSi., Apt. masih menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Riset, Kerja Sama, Inovasi, dan Korporasi Akademik Unpad.
“Terima kasih atas dukungan dan kepercayaannya, Saya menjadikan ini sebagai kesempatan untuk turut memberikan gagasan bagi perkembangan Unpad kedepan.” Tutur Dr. Keri dihubungi lewat telepon.
Raih Penghargaan Anugerah Widyapadhi Kemenristekdikti
Baru-baru ini Unpad meraih peringkat tiga Anugerah Iptek dan Inovasi “Widyapadhi” dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI 2019 untuk kelompok universitas/institut subkategori manajemen inovasi.
Unpad dinilai memiliki manajemen tata kelola yang sudah mapan untuk menangani berbagai produk inovasi para sivitas akademika.
Menurut Dr. Keri sebagai Wakil Rektor yang membidangi Inovasi, Unpad sudah memiliki suatu ekosistem yang baik dalam manajemen inovasi.
“Tahap-tahap (manajemennya) sudah jelas. Bukan hanya sekadar ada unit-unit kerjanya, tetapi ekosistemnya sudah terbentuk,” ujar Dr. Keri dikutip dari situs resmi Unpad.
Dr. Keri menjelaskan, setiap direktorat dan unit kerja dalam ekosistem tersebut memiliki pola kerja yang jelas. Tahap awalnya, aktivitas riset difasilitasi oleh Direktorat Riset, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Inovasi.
Kemudian, hasil riset tersebut dipotensikan untuk dilakukan hilirisasi. Upaya ini difasilitasi oleh Direktorat Kerja Sama dan Korporasi Akademik untuk dicarikan mitra industrinya. Setelah ada mitranya, produk riset tersebut dilakukan proses inkubasi lewat Pusat Inkubasi Bisnis/Oorange yang bernaung di bawah Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Unpad.
Lewat pola tata kelola tersebut, lanjut Dr. Keri, sudah ada sejumlah hasil riset yang digunakan oleh industri dan diproduksi massal. Beberapa produk riset Unpad yang sudah diproduksi massal antara lain: Tehdia, teknologi Nanobubble, hingga varian baru dari Ubi Cilembu.
“(Tujuannya) riset berakhir menjadi aktivitas wirausaha yang bermanfaat bagi masyarakat,” tutur Dr. Keri yang juga sebagai pemilik paten Teh Dia, teh antidiabet dari stevia.
Ekosistem ini diharapkan memotivasi sekaligus memfasilitasi para peneliti Unpad untuk melakukan riset yang bisa dihilirisasi. Apresiasi pemerintah terhadap ekosistem manajemen inovasi ini juga diharapkan menghasilkan lebih banyak lagi produk inovasi yang bisa dihilirkan dari Unpad.
Dr. Keri mengatakan, diperolehnya Anugerah Widyapadhi ini diharapkan menyemangati segenap sivitas akademika Unpad untuk meningkatkan riset yang berbasis kebutuhan masyarakat.
“Anugerah ini memotivasi kita untuk terus meningkatkan koordinasi, terus meningkatkan kualitas layanan, sehingga kita dapat memfasilitasi berbagai riset dengan lebih baik,” pungkasnya.
Sumber : unpad.ac.id