Majalah Farmasetika – Apakah Anda pernah membayangkan ada obat yang bisa bekerja secara terus-menerus di dalam tubuh selama berbulan-bulan tanpa harus diminum setiap hari atau disuntik berulang kali? Selamat! Pemikiranmu sekarang sudah terealisasi, kini ada chip kecil yang ditanam di bawah kulit yang secara perlahan melepaskan obat sesuai kebutuhan tubuh. Konsep inilah yang diusung oleh Implantable Polymeric Drug Delivery System (sistem penghantaran obat melalui implan berbasis polimer). Teknologi ini tidak hanya terdengar futuristik, tetapi sudah digunakan secara nyata di Indonesia, seperti pada alat kontrasepsi hormonal dan terapi kanker. Teknologi ini tidak hanya praktis, tetapi juga memberikan kenyamanan lebih bagi mereka yang membutuhkan pengobatan jangka panjang. Artikel ini mengulas cara kerja teknologi ini, keunggulannya dibanding metode konvensional, produk-produk yang telah tersedia di pasaran, serta tantangan dan masa depannya.
Mengenal Teknologi Implan Polimerik
Implan penghantar obat mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun teknologi ini telah hadir dan digunakan dalam dunia medis selama bertahun-tahun. Pada tahun 1983, kontrasepsi implan diperkenalkan di Finlandia. Kemudian, berkembang pesat di tahun 1990-an. Pada tahun 2000-an, implan mulai diuji secara intensif untuk pengobatan kanker dan HIV. Seiring dengan kemajuan teknologi rekayasa obat dan bahan polimer, berbagai jenis obat dalam bentuk implan terus dikembangkan.
Sistem ini disebut Implantable Polymeric Drug Delivery System—teknologi penghantaran obat yang dilakukan dengan menanamkan perangkat kecil berisi obat dan polimer ke dalam tubuh. Setelah ditanam, implan akan melepaskan obat secara perlahan dan terkontrol dalam jangka waktu tertentu, tanpa perlu intervensi lebih lanjut. Hal ini yang membuatnya sangat praktis, terutama bagi pasien dengan kebutuhan pengobatan jangka panjang.
Bagaimana Cara Kerjanya?
Implan biasanya berbentuk silinder kecil seukuran korek api. Teknologi ini menggunakan bahan polimer khusus, yakni:
- Non-biodegradable (tidak terurai)—harus dilepas setelah masa aktifnya habis seperti poly(urethanes), poly(acrylates) atau ko-polimer poly(ethyelene vinyl acetate).
- Biodegradable (terurai secara alami)—larut dalam tubuh seiring berjalannya waktu seperti polylactic acid (PLA), polyglycolic acid (PGA), atau polylactic-co-glycolic acid (PLGA).
Ketika implan ditanam di bawah kulit, polimer akan berperan sebagai “penjaga gerbang” pelepasan obat, sehingga zat aktif dalam implan tidak dilepaskan sekaligus. Polimer memastikan pelepasan obat dilakukan secara bertahap dalam dosis kecil yang konsisten. Hal ini membantu menjaga kadar obat dalam darah tetap stabil selama berhari-hari, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, tergantung jenisnya.
Keunggulan Implan Polimerik
Teknologi implan berbasis polimer memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan metode pemberian obat konvensional, antara lain:
1. Pengobatan Berkelanjutan
Setelah implan dipasang, pengobatan dapat berlangsung dengan sendirinya dalam jangka waktu yang lama karena sistem bekerja secara otomatis. Hal ini membuat pasien tidak perlu mengingat jadwal minum obat atau datang untuk suntikan berulang.
2. Dosis Obat Stabil
Obat dilepaskan secara konstan pada teknologi ini, sehingga menghindari lonjakan atau penurunan yang drastis pada kadar obat dalam tubuh. Hal ini mendukung pengobatan penyakit kronis yang memerlukan kadar obat konsisten.
3. Efektivitas Tinggi
Obat yang diberikan melalui sediaan implan langsung diserap oleh tubuh tanpa harus melewati saluran cerna atau dimetabolisme terlebih dahulu di hati, sehingga efeknya dapat lebih cepat dan efisien.
4. Meningkatkan Kepatuhan Pasien
Sistem ini sangat membantu pasien yang kesulitan disiplin mengonsumsi obat, termasuk pada lansia atau pasien penyakit kronis. Sistem penghantaran obat melalui implan berbasis polimer menunjukkan peningkatan kepatuhan dari 50% menjadi 90%.
Aplikasi Nyata di Indonesia
Beberapa contoh produk berbasis teknologi ini sudah digunakan di Indonesia, antara lain:
1. Eligard®
Eligard® merupakan implan yang mengandung leuprorelin acetate untuk terapi kanker prostat. Implan ini diproduksi oleh Tolmar Inc., sebuah perusahaan farmasi asal Amerika Serikat yang berbasi di Fort Collins, Colorado. Di Indonesia, Eligard® didistribusikan oleh PT Astellas Pharma Indonesia. Obat ini bekerja dengan menekan produksi hormon testosteron, yang menjadi pemicu pertumbuhan sel kanker. Implan ini umumnya dilepaskan dalam interval tertentu, seperti satu kali setiap 1 hingga 6 bulan.
- Norplant®/Nexplanon®
Norplant® merupakan implan kontrasepsi yang mengandung hormon levonorgestrel. Produk ini adalah implan pertama yang dikembangkan, diproduksi, dan diperkenalkan secara global oleh Leiras Oy, sebuah perusahaan farmasi asal Finlandia. Pada awal tahun 1980-an, Norplant® menjadi bagian dari program keluarga berencana nasional di Indonesia yang dikelola oleh BKKBN. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa produksi Norplant® telah dihentikan secara global dan digantikan oleh implan kontrasepsi generasi baru seperti Nexplanon®.
Nexplanon® adalah implan subdermal yang mengandung etonogestrel. Implan ini dikembangkan dan diproduksi oleh Organon, yang sebelumnya merupakan bagian dari Merck & Co., Inc. Produk ini ditanam di bawah kulit lengan atas dan mampu mencegah kehamilan hingga 3 tahun. Nexplanon® sudah sangat dikenal dan digunakan dalam program keluarga berencana (KB) di Indonesia.
- Probuphine®
Probuphine® adalah implan buprenorfin pertama yang disetujui oleh FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika). Produk ini dikembangkan oleh Titan Pharmaceuticals menggunakan teknologi penghantaran berkelanjutan ProNeura™. Di negara-negara seperti Amerika Serikat, implan ini digunakan untuk terapi kecanduan opioid. Meskipun belum tersedia luas di Indonesia, teknologi ini menunjukkan potensi besar untuk diterapkan dalam konteks rehabilitasi ketergantungan obat di masa depan.
Riset Implan Obat: Dari Lab ke Masa Depan Pengobatan
Dalam beberapa tahun terakhir, riset mengenai Implantable Polymeric Drug Delivery System (sistem penghantaran obat melalui implan berbasis polimer) mengalami perkembangan pesat di tingkat global maupun nasional. Secara global, inovasi difokuskan pada pengecilan ukuran implan, penggunaan polimer biodegradable, serta penggabungan teknologi smart implants yang memungkinkan pengendalian dosis obat secara presisi dan real-time. Topik riset juga telah meluas ke berbagai bidang, termasuk pengobatan skizofrenia. Implan biodegradable yang mengandung haloperidol dirancang untuk melepaskan obat secara konsisten selama beberapa bulan, memberikan penghantaran obat langsung ke otak, melewati hambatan darah-otak, guna meningkatkan efektivitas terapi skizofrenia.
Di Indonesia, meskipun masih dalam tahap awal, beberapa institusi dan industri telah mulai mengembangkan teknologi implan. Misalnya, pada tahun 2017, PT Tempo Scan Pacific Tbk meluncurkan produk implan polimerik bernama Resorba untuk penyembuhan luka setelah operasi, bekerja sama dengan perusahaan teknologi medis asal Jerman, B. Braun. Langkah ini menunjukkan potensi besar bagi pengembangan Implantable Polymeric Drug Delivery System (sistem penghantaran obat melalui implan berbasis polimer) di Indonesia, terutama dalam meningkatkan efektivitas pengobatan jangka panjang dan kenyamanan pasien.
Tantangan dan Masa Depan
Meskipun teknologi ini menawarkan berbagai keunggulan, tetap ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan:
- Biaya awal yang lebih tinggi dibandingkan obat konvensional
- Stigma atau ketakutan terhadap prosedur tanam di tubuh
- Reaksi tubuh terhadap bahan polimer tertentu (meskipun jarang terjadi)
Namun dengan dukungan riset lanjutan, edukasi masyarakat, serta keterlibatan industri farmasi dalam negeri, sistem ini berpotensi menjadi solusi kesehatan masa depan yang lebih praktis dan efektif.
Kesimpulan
Implan obat berbasis polimer bukan lagi sekadar wacana teknologi medis masa depan, tetapi telah menjadi kenyataan yang membantu pasien di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Penggunaan teknologi ini memberikan kenyamanan, efektivitas, dan kemudahan dalam pengobatan jangka panjang. Dengan meningkatnya pemahaman dan akses masyarakat, teknologi ini diharapkan dapat digunakan secara lebih luas dalam berbagai bidang terapi.
Daftar Pustaka
- Mukhmale, V. S.; Patrikar, S. Y.; Deshmukh, N. B.; and Deshmukh, S. P. 2025. Implantable drug delivery systems: An overviews. GSC Advanced Research and Reviews. 22(01): 123-132. https://doi.org/10.30574/gscarr.2025.22.1.0002.
- Stewart, S. A.; Dominguez-Robles, J.; Donnelly, R. F.; and Larraneta, E. Implantable polymeric drug delivery devices: Classification, manufacture, materials, and clinical applications. Polymers. 10(12): 1379. https://doi.org/10.3390/polym10121379
- Malek, R., Wu, S.-T., Serrano, D., Tho, T., Umbas, R., Teoh, J., … & Chiong, E. (2022). ELIGANT: A Phase 4, interventional, safety study of leuprorelin acetate (ELIGARD®) in Asian men with prostate cancer. Translational Andrology and Urology, 11(2), 179–189. https://doi.org/10.21037/tau-21-723
- Tolmar Pharmaceuticals. 2017. Tolmar, Inventor and Developer of ELIGARD® (leuprolide acetate for injectable suspension), Announces Plans to Expand Manufacturing Facilities in Colorado. Retrieved April 2025, from https://tolmar.com/tolmar-inventor-and-developer-eligardr-leuprolide-acetate-injectable-suspension-announces-plans/.
- Astellas Pharma Inc. (2011). Eligard® (leuprorelin acetate) product information. Retrieved April 2025, from https://www.astellas.com/en/system/files/news/2018-06/110117_eg_0.pdf.
- Tuladhar, J.; Donaldson, P. J.; and Noble, J. 1998. The introduction and use of Norplant® implants in Indonesia. Studies in Family Planning. 29(3): 291-299.
- Reed, S.; Minh, T. D.; Lange, J. A.; Koro, C.; and Heinemann, K. 2023. Pregnancy and pregnancy outcomes in a prospective cohort study: Final results from the Nexplanon Observational Risk Assessment Study (NORA). 120: 109920. https://doi.org/10.1016/j.contraception.2022.109920.
- FDA. 2016. FDA approves first buprenorphine implant for treatment of opioid dependence. Retrieved April 2025, from https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/fda-approves-first-buprenorphine-implant-treatment-opioid-dependence.
- Utomo, E.; Dominguez-Robles, J.; Moreno-Castellanos, N.; Stewart, S.; Picco, J. C.; Anjani, Q. K.; Simón, J. A.; Penuelas, I.; Donnelly, R. F.; and Larrañeta, E. 2022. Development of intranasal implantable devices for schizophrenia treatment. International Journal of Pharmaceutics. 624: 122061. 10.1016/j.ijpharm.2022.122061.