Download Majalah Farmasetika

Fakta Dibalik Label “Kocok Dahulu” pada Obat Bentuk Sediaan Suspensi

farmasetika.com – Pernahkah kamu menggunakan obat yang harus dikocok dahulu setiap akan diminum? Mari kita kupas lebih dalam alasan adanya label “Kocok Dahulu” dalam beberapa sediaan obat. Label “kocok dahulu” biasanya ada pada sediaan cair, khususnya suspensi. Apa itu suspensi?

Menurut Farmakope Indonesia edisi V, Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Ya, faktanya memang hampir 70% obat yang ada di pasaran memang tidak larut dalam air, lho! Obat yang tidak larut tersebut dibuat agar terdispersi atau tersebar secara merata pada media pendispersinya (dalam hal ini adalah air).

Lalu, kenapa harus dibuat dalam bentuk cair?

Apoteker sebagai perancang formula sediaan memiliki banyak pertimbangan yang mendasarinya, misalnya adalah anak kecil lebih mudah untuk diberi obat dalam bentuk cair maka daripada ibu-ibu sekalian menggerus obat dalam bentuk tablet, dibuatlah obat tersebut dalam bentuk suspensi [1].

Apa saja contoh sediaan suspensi?

Sediaan suspensi yang banyak digunakan misalnya obat maag (seperti Mylanta, Promag dalam sediaan cair), suspensi kering antibiotik (sirup kering amoksisilin), bahkan losion kalamin.

Apa hubungannya dengan label kocok dahulu?

Nah, kata kuncinya adalah suspensi itu partikel padat yang terdispersi. Partikel-partikel tersebut memiliki kecenderungan untuk bersatu dan membentuk suatu gumpalan sehingga mengendap di dasar botol. Fenomena ini disebut dengan flokulasi. Menurut KBBI, flokulasi adalah penggabungan partikel-partikel koloidal dalam suspensi yang terjadi karena gaya tolak antarpartikel.

Flokulasi ini merupakan fenomena yang tidak dapat terhindarkan dari suatu sediaan suspensi. Namun demikian hal ini dapat ditanggulangi dengan mengocok terlebih dahulu sediaan sebelum digunakan, atau bahasa kerennya adalah redispersi. Sehingga sediaan suspensi yang baik adalah suspensi yang dapat dengan mudah terdispersi kembali setelah terjadi pengendapan.

Bagaimana flokulasi terjadi?

Flokulasi terjadi dengan beberapa mekanisme seperti tercantum dalam literatur.

Pertama, adanya penurunan potensial zeta atau netralisasi muatan yang diinduksi oleh penurunan lapisan repulsive elektrostatik dari double layer partikel. Gaya tarik menarik Van der Waals mendominasi partikel sehingga menyebabkan agregasi partikel. Teori DLVO (Derjaguin-Landau-Verwey- Overbeek) telah digunakan untuk menginterpretasikan fenomena ini dalam sediaan suspensi [2].

Kedua, adanya chemical bridging, yaitu agregasi yang disebabkan oleh interaksi kimia antara ion yang teradsorpsi dari permukaan partikel dan ion presipitasi pad media. Hal ini biasanya terjadi saat surfaktan atau makrogol memiliki afinitas pada suatu elektrolit [2].

Baca :  Fenomena Caking, Endapan dalam Suspensi Obat yang Berbahaya

Ketiga, flokulasi dapat pula terjadi karena adanya rantai polimer atau polielektrolit dalam konsentrasi rendah melalui mekanisme physical bridge, atau dapat juga disebut dengan bridging flocculation. Hal ini umumnya terjadi ketika polimer dengan bobot molekul yang tinggi teradsorpsi pada permukaan tanpa penjenuhan [3].

Terakhir, dikenal dengan liquid bridging, dimana flokulasi terjadi karena surfaktan dengan nilai HLB yang rendah. Setelah penggabungan partikel dalam suspensi, lapisan surfaktan yang jenuh akan terbentuk di sekitar partikel. Cairan yang berada di sekitarnya akan menghubungkan partikel-partikel seperti sebuah jembatan sehingga menyebabkan agregasi partikel. Diperkirakan bahwa fluktuasi suspensi oleh surfaktan nonionik dan poliol berhubungan dengan dehidrasi partikel dan liquid bridging [4].

Mengapa hal ini penting?

Mari kita simak kasus berikut ini:

Ada seorang pasien 35 tahun yang menerima obat karbamazepin untuk kejang di rumah sakit A. Setelah melalui evaluasi, ditemukan bahwa kadar karbamazepin dalam darah ternyata di bawah konsentrasi terapeutik-nya. Oleh karena itu, dilakukan peningkatan dosis secara bertahap.

Pada hari ke-7 perawatan, pasien terlihat mengantuk, kemudian pingsan, tidak responsif, dan mengalami hipotensi. Saat dilakukan pengecekan kadar karbamazepin dalam darah, ternyata kadarnya meningkat sampai pada dosis toksik.

Saat dilakukan penelusuran, ternyata selama pengobatan terjadi penggantian merek obat, dimana suspensi karbamazepin yang terakhir dipakai cenderung lebih cepat mengendap dibandingkan suspensi karbamazepin sebelumnya.

Apoteker menyimpulkan bahwa kasus yang terjadi pada pasien di atas disebabkan karena tidak mengocok dahulu botol sebelum pemberian sehingga dosis awal sangat encer. Karena sediaan yang digunakan adalah botol suspensi dosis besar, larutan yang tersisa menjadi semakin terkonsentrasi, menghasilkan dosis toksik saat pemberian [5].

Salah satu parameter kritis dalam suatu sediaan adalah seberapa homogen zat aktif dalam sediaan yang dirancang. Nah, karena sifat dasar suspensi adalah mengalami pengendapan, maka apoteker harus menjamin agar suspensi yang dibuat tetap homogen dalam waktu tertentu, yaitu dengan cara berikut ini :

Menambahkan agen pensuspensi (suspending agent), agar viskositas sediaan meningkat dan pengendapan partikel dapat diperlambat. Banyak jenis agen pensuspensi, penggunaannya tergantung dari karakteristik zat aktif yang akan digunakan dalam sediaan [6].

Baca :  Mengenal Parameter Kestabilan Sediaan Suspensi

Menambahkan flocculating agents, untuk menurunkan potensial zeta dari partikel suspensi yang bermuatan. Dalam hal ini, suspensi dibuat menjadi flocculated system agar partikel mudah terdispersi kembali [7].
Membuat ukuran partikel dalam suspensi yang seragam dan optimum. Semakin kecil ukuran partikel, maka partikel akan cenderung untuk mengalami agregasi. Semakin besar ukuran partikel, maka partikel akan mudah untuk mengendap karena besarnya gaya gravitasi [1].

Bagaimana membedakan suspensi bagus atau tidak?

Pertama dan utama, lihat tanggal kadaluarsa obat! Kemudian lihat kondisi suspensi setelah dikocok. Bila partikel pada suspensi terdispersi kembali, maka suspensi dapat digunakan. Namun, bila endapan pada suspensi tidak menghilang setelah pengocokan, maka suspensi tidak dapat lagi digunakan.

Selain kocok dahulu, apa yang dapat dilakukan?

Untuk menjaga kestabilan, sediaan perlu disimpan dalam kondisi yang tepat. Umumnya sediaan suspensi sebaiknya disimpan pada tempat yang kering dan tidak terpapar cahaya matahari secara langsung. Adapun pada beberapa sediaan, ada yang perlu disimpan pada lemari es atau kondisi khusus lainnya. Oleh karena itu, sebelum digunakan bacalah terlebih dahulu brosur obat. Atau, tanyakan pada apoteker untuk informasi lebih jelas.

Referensi:

[1]         Newey-Keane L, Carrington S. Controlling the Stability of Medicinal Suspensions. Am Pharm Rev 2016. https://www.americanpharmaceuticalreview.com/Featured-Articles/331619-Controlling-the-Stability-of-Medicinal-Suspensions/ (accessed October 28, 2018).

[2]         Hejazi SM, Erfan M, Alireza Mortazavi S. Precipitation reaction of SDS and potassium salts in flocculation of a micronized megestrol acetate suspension. Iran J Pharm Res 2013;12:239–46.

[3]         Furusawa K, Sato A, Shirai J, Nashima T. Depletion flocculation of latex dispersion in ionic micellar systems. J Colloid Interface Sci 2002;253:273–8.

[4]         Zatz JL, Lue R. Flocculation of suspensions containing nonionic surfactants by sorbitol. J Pharm Sci 1987;76:157–60.

[5]         Flynn E. Shake Well: the case. Agency Healthc Res Qual 2003. https://psnet.ahrq.gov/webmm/case/26/Shake-Well (accessed October 28, 2018).

[6]         Yarnykh TG, Tykhonov OI, Melnyk GM, Yuryeva GB. Pharmacopoeian Aspects of Suspensions Preparation in Pharmacy Conditions. Asian J Pharm 2017;11:S859–64.

[7]         Kumar RS, Yagnesh TNS. Pharmaceutical Suspensions : Patient Compliance Oral Dosage Forms. World J Pharm Pharm Sci 2016;5:1471–537. doi:10.20959/wjpps201612-8159.

Penulis : Tazyinul Qoriah Alfauziah, Program Magister Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Share this:

About Tazyinul Qoriah Alfauziah

Check Also

ibuprofen

Kesulitan dalam Pemberian Paracetamol dan Ibuprofen Tanpa Resep kepada Anak-anak Dapat Mengakibatkan Kesalahan Dosis

Majalah Farmasetika – Hasil studi menunjukkan bahwa lebih dari 40% pengasuh melakukan kesalahan dosis saat …

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.