Download Majalah Farmasetika

Waspadai Penularan TB pada Anak di Lingkungan Sekolah

Majalah Farmasetika – Anak-anak memiliki resiko lebih tinggi daripada orang dewasa untuk penyebaran TB dan penyakit ekstrapulmoner. TB pada anak-anak juga berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak seringkali memiliki gejala klinis luas yang tidak spesifik dan mirip dengan penyakit anak lainnya

Dari 1,8 miliar orang yang diperkirakan mengalami latent tuberculosis infection (LTBI), 70 juta diantaranya adalah anak usia 0-14 tahun. Setiap tahun, lebih dari 15 juta anak terpapar TB dan diperkirakan 7,5 juta anak terinfeksi secara laten. Dari anak-anak dengan LTBI setiap tahun, diperkirakan 1-1,2 juta berkembang menjadi penyakit aktif dimana lebih dari setengahnya berusia di bawah 5 tahun. Karena kombinasi faktor imunologi, lingkungan, dan perilaku, anak di bawah 5 tahun memiliki insiden tertinggi dan risiko perkembangan yang lebih besar dari LTBI yang berkembang menjadi penyakit aktif daripada orang dewasa.

Tiga puluh dua ribu anak diperkirakan terinfeksi multidrug-resistant TB setiap tahun. Sebanyak 20% dari total beban TB diperkirakan terjadi pada anak-anak, dengan rata-rata global mencapai 10-11 %.

Indonesia masuk kedalam delapan negara yang menyumbang 2/3 kasus TBC di seluruh dunia dimana Indonesia menempati posisi kedua setelah India dengan kasus sebanyak 845.000 dengan kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam. Estimasi jumlah kasus TBC anak pada tahun 2019 sebesar 142.000, dengan demikian kasus TBC anak memiliki %tase 17% di antara jumlah kasus TBC seluruhnya di Indonesia. Mengingat tingginya kasus dan beban kematian akibat tuberkulosis, dunia telah berkomitmen untuk bebas TBC pada tahun 2050.

Mengapa anak-anak layak mendapat perhatian khusus dalam strategi pengobatan TB?

  1. Mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Tuberkulosis adalah salah satu dari 10 penyebab utama kematian anak secara global meskipun pengobatan tersedia dan efektif. Kematian tertinggi terjadi pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun, dengan anak-anak kurang gizi yang paling terpengaruh. Kurang gizi, penyerapan satu atau lebih nutrisi yang tidak adekuat, meningkatkan risiko hasil kesehatan yang serius, termasuk kematian, dan kekambuhan pada orang dengan penyakit TB aktif.  Anak-anak juga memiliki risiko yang lebih tinggi daripada orang dewasa terhadap penyebaran TB dan penyakit ekstrapulmoner dan hal ini berkontribusi terhadap morbiditas pada populasi ini.
  2. Anak-anak yang terinfeksi tetapi tidak diobati mengancam pencapaian eliminasi TB. Anak-anak yang terinfeksi tetapi tidak diobati dapat bertindak sebagai reservoir infeksi di masyarakat dan mempertahankan penularan TB.
  3. Dapat menjadi proporsi yang substansial dari total beban TB. Secara global, anak-anak merupakan 10-11% dari total beban TB, tetapi ini dapat mencapai 20% di rangkaian insiden tinggi.
  4. Membutuhkan pendekatan program khusus. Karena sifat TB pada populasi ini dan perbedaan dalam perilaku mencari perawatan, jalur perawatan sangat berbeda dari orang dewasa dan memerlukan alat dan metode yang disesuaikan.
Baca :  WHO : TBC Menjadi Penyakit Infeksi Pembunuh Pertama di Dunia

Diagnosa akurat, pengobatan sesuai standar, monitoring, dan evaluasi pengobatan merupakan prinsip diagnosis dan penatalaksanaan TB yang mutlak. Penentu keberhasilan tatalaksana TB tentunya adalah ketepatan diagnosa. Oleh karena itu, peran keluarga dan lingkungan sekolah sangatlah penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penularan TB pada tahap awal.

Goal utama tatalaksana TB yaitu penyembuhan penderita hingga sembuh, mencegah mortalitas, mencegah terjadinya kambuh, dan mencegah atau menurunkan penularan. Seperti yang sudah diketahui, prinsip pengobatan TB yaitu pengobatan dalam kurun waktu minimal 6 bulan menggunakan minimal 3 macam obat. Tidak ada perbedaan signifikan OAT untuk anak dibandingkan dewasa yaitu kepatuhan konsumsi obat hingga tuntas dan penyesuaian dosis obat berdasarkan berat badan anak.

Kemungkinan terjadinya komplikasi akibat TB berat bukanlah hal yang mustahil trutama pada tumbuh kembang anak pada usia balita (golden period). Monitoring keberhasilan penyembuhan dan nilai gizi untuk tumbuh kembang sangat penting dan harus dilakukan secara sinergis.

Ada tiga sifat penting yang terdapat dalam obat TB yaitu memiliki aktivitas bakterisidal, sterilisasi, dan kemampuan mencegah resistensi. Namun, dibalik kekuatan obat dalam melakukan tugasnya, salah satu kendala utama yang sangat sering ditemui yaitu kepatuhan minum obat pada anak. Hal ini karena OAT terdiri dari banyak obat untuk satu kali konsumsi. Oleh karena itu, pemberian yang efektif pada anak demi meningkatkan kepatuhan dan mencapai keberhasilan terapi hingga sembuh yaitu dengan OAT yang diberikan dalam bentuk kombipak atau bentuk Fixed Dose Combination (FDC). Dua-duanya merupakan bentuk sediaan OAT yang diberikan secara dosis tunggal.

Setelah pemberian obat 6 bulan, wajib lakukan evaluasi secara klinis maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan. Perbaikan klinis yang terjadi antara lain adalah kenaikan berat badan dan pengamatan terhadap peningkatan aktivitas anak dibanding sebelum pengobatan.

Selain peran keluarga, tentunya peranan sekolah penting untuk dilibatkan dalam penekanan jumlah TB. Hal ini menjadi penting karena sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah dan kurang terpantaunya aktivitas anak oleh orang tua. Peranan dan Tanggung jawab yang penting dilakukan adalah penerapan peraturan dan perilaku hidup yang dilakukan bersama-sama baik oleh guru maupun peserta didik. Contoh dari upaya ini yaitu program hidup bersih dan sehat  baik di lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah, etika batuk/bersin, mewajibkan pemakaian masker untuk murid maupun guru yang sakit, membuang sampah di tempat sampah dan senantiasa menjaga kebersihan lingkungan. Pihak sekolah harus memadai sarana prasarana seperti ruangan kelas dengan sirkulasi yang bagus, pencahayaan sekolah yang baik, dan ketersediaan tempat cuci tangan, tempat sampah, dan air mengalir. Selain itu, menyediakan layanan kesehatah seperti uks yang memadai dan tentunya bersih, terhubungnya uks dengan sarana kesehatan minimal puskesmas atau klinik sehingga kejadian penyakit yang bahkan bukan TB pun dapat ditanggulangi segera. Selain itu, penting untuk menyusun dan menerapkan secara serentak terkait sop, pengadaan penyuluhan, edukasi, atau pencerdasan dan peningkatan kewaspadaan serta penanggulangan ketika adanya terduga kasus tb yang muncul.

Baca :  WHO : TBC Menjadi Penyakit Infeksi Pembunuh Pertama di Dunia

Referensi :

Buku Pedoman Sekolah Peduli Tuberkulosis (TBC)

  1. J. Marais, A. C. Hesseling, R. P. Gie, H. S. Schaaf and N. Beyers, “The burden of childhood tuberculosis and the accuracy of community-based surveillance data,” International Journal of Tuberculosis Lung Disease, vol. 10, no. 3, pp. 259-63, 2006.
  2. M. Graham, C. Sismanidis, H. J. Menzies, B. J. Marais, A. K. Detjen and R. E. Black, “Importance of tuberculosis control to address child survival,” Lancet, pp. 383:1605-07, 2014.
  3. E. Jenkins and C. M. Yuen, “The burden of multidrug-resistant tuberculosis in children,” International Journal of Tuberculosis Lung Disease, vol. 22, no. 5, pp. 3-6, 2018.
  4. Furin, “Advances in the diagnosis, treatment, and prevention of tuberculosis in children,” Expert Review of Respiratory Medicine, vol. 13, pp. 301-311, 2019

World Health Organization, “Global Tuberculosis Report 2020,” World Health Organization, Geneva, 2020.

  1. Padmapriyadarsini, M. Shobana, M. Lakshmi, T. Beena and S. Swaminathan, “Undernutrition & tuberculosis in India: Situation analysis & the way forward,” Indian J Med Res, vol. 144, no. 1, pp. 11-20, 2016.
  2. D. Semba, I. Darnton-Hill and d. P. Saskia, “Addressing tuberculosis in the context of malnutrition and HIV coinfection,” Food Nutrition Bulletin, vol. 31, no. 4, pp. 345-64, 2010.
  3. Whittaker, E. Lopez-Varela, C. Broderick and J. A. Seddon, “Examining the Complex Relationship Between Tuberculosis and Other Infectious Diseases in Children,” Frontiers in Pediatrics, 2019.
Share this:

About sifamyusuf

Check Also

Strategi Mengatasi Migrain pada Anak: Panduan Lengkap untuk Orang Tua dan Pasien

Majalah Farmasetika – Migrain adalah gangguan sakit kepala yang ditandai dengan serangan berulang yang menyakitkan …

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.