Farmasetika.com – Para peneliti telah mempublikasikan hasil survei yang diterbitkan dalam BMC Complementary and Alternative Medicine yang mengeksplorasi interaksi ramuan obat herbal dan signifikansi klinis mereka pada wanita hamil. Para peneliti ini melakukan survei pada wanita selama awal kehamilan atau segera setelah melahirkan.
Dari 889 responden, 445 dilaporkan menggunakan setidaknya 1 obat resep. Menggunakan Basis Data Komprehensif Obat Alami, mereka membandingkan 91 resep dan 36 terapi herbal untuk interaksi ramuan obat. Mereka mengidentifikasi 34 interaksi pada 23 wanita yang memiliki potensi untuk meningkatkan risiko perdarahan postpartum, mengubah hemodinamik ibu, atau meningkatkan depresi sostem syaraf pusat ibu / janin.
Wanita yang mengonsumsi obat herbal diantaranya jahe, chamomile, cranberry, raspberry, dan minyak ikan, sedangkan obat yang paling umum diresepkan adalah antibiotik, analgesik opiat, anti-emetik, dan terapi penggantian tiroid. Para peneliti tidak mengumpulkan lebih dari data obat OTC, dan tanpa melihat jumlah interaksi ramuan obat potensial.
Obat herbal memiliki potensi efek samping karena toksisitas kimia langsung, ramuan obat dan interaksi ramuan herbal, dosis yang salah, konstituen beracun, dan pemalsuan produk. Wanita hamil yang mengonsumsi obat herbal tidak melaporkan penggunaan mereka dan tidak menyadari potensi bahaya.
Profesional bidang perawatan kesehatan harus menyadari bahwa penggunaan bersamaan dari obat herbal dan resep selama kehamilan adalah umum, penelitian ini menunjukkan tingkat sekitar 50%, dan membawa risiko potensial.
Apoteker dapat memberikan edukasi pasien dan ulasan yang terhadap obat-obatan herbal dengan pasien yang hamil agar dapat menghindari interaksi dan kejadian obat katastropik.
Sumber : McLay JS, Izzati N, Pallivalapila AR, et al. Pregnancy, prescription medicines and the potential risk of herb-drug interactions: a cross-sectional survey. BMC Complementary and Alternative Medicine. 2017;17(1).